AMEENA BLAKE, yang kini merupakan ustazah terkenal di Inggris tidak pernah menyangka dirinya bakal menjadi Muslimah (mualaf). Sebab, dirinya dibesarkan di tengah keluarga non-Muslim dan sejak kecil rajin ke sekolah Minggu. Berikut kisahnya.

Dikutip dari Viva.co.id, Ameena dibesarkan oleh ayah dan ibu angkatnya. Ayah angkatnya seorang profesor, dan ibunya adalah penyair serta seorang seniman. Di masa kecilnya, Ameena tumbuh sebagai anak perempuan yang pemberontak dan tomboi.

Ameena juga dibesarkan dalam agama non-Muslim dengan tradisi yang kental, yang juga sebagai permintaan dari ibu kandungnya. Di salah satu keseruan ibadah minggu-nya, Ameena begitu menyukai kisah para nabi dalam kitabnya.

Namun, Ameena kerap mempertanyakan agama yang dipelajarinya itu sedari belia. Terlebih di usia remaja saat 15 tahun, Ameena bertanya akan keaslian dari kitab suci di agama yang dipeluknya. Namun, ia tak pernah dapat jawaban pasti sehingga membuatnya mulai ragu. Diperparah lagi dengan adanya kontradiksi di kitab tersebut.

''Saya bertanya, bagaimana bisa percaya pada Tuhan di kitab? Pendeta jawab, cukup percaya dari hatimu. Saya tanya lagi, apa buktinya. Jika kitab ini tak bisa membuktikan apakah benar firman ini berasal dari Tuhan dan ada kontradiksi. Maka saya pikir saya tak bisa ikuti agama itu,'' tuturnya dikutip dari kanal YouTube Ape Astronout.

Beranjak remaja, sikap pemberontak Ameena makin menjadi. Di usia 16 tahun, Ameena kabur dari rumah dan tinggal di flat kecil. Selain gemar pergi ke klub malam, Ameena kerap bergaul dengan orang-orang bermasalah. Suatu ketika, Ameena dipukuli sampai babak belur. Uang dan mobilnya dirampas oleh kawanan musuhnya. Ia pun takut tinggal sendiri.

Teman Ameena yang sering bertemu di klub malam, mengajaknya tinggl di rumah. Temannya ini seorang Muslimah. Di rumah temannya hanya ada satu buku. Karena merasa bosan, ia pun ingin membacanya. Tapi, temannya meminta Ameena untuk mandi dan cuci tangan dulu sebelum memegang buku itu.

Ameena mendapati kisah para nabi yang ia sukai di buku itu. Merasa penasaran, ia bertanya pada temannya tentang buku itu. Buku itu adalah Alquran dalam terjemahan Bahasa Inggris. Ia pun tak berhenti membaca dan banyak bertanya. Sang teman lalu perkenalkan ia dengan pria yang juga tetangganya dan meneruskan pertanyaan Ameena pada seorang syekh.

Setelah itu, pria tersebut kembali pada Ameena dengan membawa jawaban sembari menunjukkan ayat-ayat yang relevan dengan pertanyaan Ameena. Termasuk beberapa ayat yang kebenarannya terbukti secara ilmiah.

Pria ini juga menunjukkan sebuah film berdurasi 2-3 jam. Film-nya memiliki arti pesan. Di akhir film, ada sosok bilal yang mengumandangkan azan, yang membuat Ameena merinding dan terpukau.

''Rasanya seperti seluruh tubuhku tenggelam dalam perasaan hangat dan lembut, benar benar menyelimuti. Saya mendapati manisnya iman. Dan saya menoleh ke teman saya, saya mau masukĀ IslamĀ dan melakukannya sekarang,'' imbuhnya.

Ameena pun resmi mengucap dua kalimat syahadat. Namun saat masuk Islam di tahun 1992, di mana menjadi Muslim masih cukup tabu di negara barat, Ameena mendapat reaksi berbeda dari orangtuanya. Ibu Ameena merasa khawatir Ameena tidak mendapat kebebasan untuk bekerja dan meniti karier di masa depan oleh suaminya. Sedangkan ayahnya anggap hal tersebut hanya fase di kehidupan Ameena.

Seiring waktu, orangtua Ameena melihat kepribadiannya menjadi sosok remaja yang lebih baik. Dia tidak lagi keras kepala dan berubah menjadi rendah hati. Ameena memutuskan memperdalam ilmunya tentang Islam. Ia mencoba bertanya tentang tata cara shalat dan meminta temannya mengajari, namun teman-temannya belum punya waktu.

Sampai waktunya Ameena berpikir untuk berdoa kepada Allah agar diberi petunjuk untuk memperdalam ilmu tentang Islam serta cara shalat. Ameena dapat jawaban atas doanya melalui seorang teman yang bisa mengajarinya sebagai mentor hingga menjadi ustazah.

''Dia (Tracy) ajari aku cara sholat, rukun iman, cara menjadi muslimah, memakai hijab, dan sebenarnya dia jawaban atas doa saya kepada Allah.''

Tracy memberi Ameena buku kecil berisi tata cara shalat. Ameena belum mau mengerjakan shalat 5 waktu karena enggan dan merasa belum memahami. Sebuah kejadian mengubah persepsinya. Ayah dari temannya meninggal karena serangan jantung. Ameena tahu almarhum tak pernah meninggalkan shaat 5 waktu.

Ameena sering melihat almarhum shalat. Selalu baik dan hangat pada Ameena. Maka saat sang teman mengabari kematian ayahnya, Ameena segera mengunjungi keluarga Muslim tersebut untuk takziah.

''Saya melihat jenazah almarhum tersenyum dan ada cahaya di wajahnya. Lalu Allah mengingatkanku bahwa akhi ini selalu shalat sepanjang hidupnya, maka saya hubungkan senyumnya adalah hasil dari shalatnya. Sejak saat itu saya tidak pernah lupa untuk shalat,'' katanya.***