PEKANBARU – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menyimpan kekayaan sumber daya alam, timah yang melimpah. Komoditas ini merupakan komoditas langka bernilai tinggi karena tidak dapat diperbarui.

Sehingga tidak mengejutkan lagi, jika timah menjadi salah satu komoditas utama penopang perekonomian di Bumi Laskar Pelangi tersebut.

Jika dilihat pertumbuhannya dari tahun ke tahun atau year on year (y-o-y) pada periode Maret 2022, nilai ekspor timah Bangka Belitung naik 95,36 persen, dan nontimah naik 0,19 persen (y-on-y).

Berdasarkan data, Bangka Belitung merupakan penghasil timah terbesar kedua di dunia dengan cadangan sebesar 22 persen, di bawah China dengan cadangan 47 persen dari total cadangan timah dunia. Dilansir dari U.S. Geological Survey pada Januari 2021, Indonesia khususnya Bangka Belitung merupakan negara penghasil timah terbesar kedua di dunia dengan produksi 66.000 ton timah pada 2020.

Potensi perdagangan komoditas timah yang menjanjikan ini pun dilirik oleh sebuah BUMN di ibukota, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Bahkan, KBI telah resmi menjalankan fungsinya sebagai Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penjaminan Transaksi pasar Fisik Timah untuk perdagangan timah dalam negeri mulai 22 Maret 2021 lalu di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange. Bisnis ini merupakan salah satu upaya KBI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

GoRiau

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI), Fajar Wibhiyadi mengatakan dengan memanfaatkan resi gudang, pemilik komoditas timah khususnya eksportir, dapat memasukkan komoditasnya ke resi gudang, sambil menunggu pengiriman ke negara tujuan.

"Dengan mekanisme sistem resi gudang ini, para eksportir timah dapat mendapatkan likuiditas keuangan," ungkap Fajar beberapa waktu lalu.

Dalam bisnisnya, Fajar merincikan pada Kuartal I 2022, pembiayaan resi gudang mencapai Rp278 miliar, atau mengalami pertumbuhan 1.283 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 dengan nilai pembiayaan sebesar Rp20,1 milliar.

Dari sisi Komoditas, Resi Gudang komoditas Timah mendominasi dengan jumlah registrasi mencapai 92 RG dengan Volume 463.125 Kg senilai Rp265 miliar. Sedangkan dari sisi pembiayaan, Resi Gudang Timah di Kuartal I 2022 ini mencapai Rp176 milliar.

Selain itu, KBI mencatat transaksi pasar fisik timah murni batangan mencapai lebih dari Rp 5,5 triliun.

Dari transaksi pasar Fisik Timah ekspor terjadi trasaksi sebanyak 1.640 lot dengan senilai USD 348,1 juta atau lebih dari Rp 4,8 triliun. Sedangkan untuk pasar fisik timah dalam negeri, di tahun 2022 sampai dengan Kuartal I telah terjadi transaksi sebanyak 953 Lot senilai Rp 677,2 miliar.

Terkait dominasi komoditas timah, kata Fajar, ini menjadi hal yang positif terkait perdagangan komoditas ini. Sebab, bagi pemilik komoditas khususnya eksportir, pemanfaatan resi gudang ini akan memberikan likuiditas pembiayaan.

"Hal ini dikarenakan produksi timah dilakukan setiap hari, sedangkan pengiriman ekspor bergantung terhadap trasportasi kapal laut yang hanya merapat di pelabuhan pada waktu-waktu tertentu," kata Fajar.

GoRiau

Multiplier Effect Perdagangan Timah KBI

Dirut KBI, Fajar Wibhiyadi berharap multiplier effect perdagangan pasar fisik timah murni batangan ini dapat mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) Bangka Belitung, untuk mendukung perekonomian daerah dan masyarakat Bangka Belitung, yaitu dalam bentuk Royalty.

"Tentunya royalty ini akan menjadi sumber pendapatan asli daerah Bangka Belitung," jelas Fajar.

Selain itu juga diharapkan dapat bernilai positif terhadap ekonomi nasional maupun membangun posisi Indonesia sebagai penentu harga timah dunia.

"Sebagai bagian dari BUMN, tentunya KBI memiliki tugas untuk menjadi akselerator ekonomi masyarakat. Hal ini yang kami jalankan di Bangka Belitung, baik itu terkait perdagangan timah, maupun pemanfaatan sistem resi gudang," kata Fajar.

Kedepan, sebagai Lembaga Kliring, KBI akan terus mendorong para pelaku di sektor perdagangan timah ini, serta meningkatkan layanan prima bagi para pemangku kepentingan dalam ekosistem perdagangan timah ini.

"Terkait pasar fisik timah murni batangan, KBI juga telah mendapatkan ISO 9001 : 2015 tentang sistem manajemen mutu," sebutnya.

GoRiau

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Kliring Berjangka Indonesia

Kegiatan TJSL yang dilakukan KBI, merupakan bagian dari langkah besar KBI sebagai korporasi untuk menuju sustainability atau keberlanjutan usaha.

Disamping mengadopsi konsep creating shared value, KBI juga mengadopsi Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, dalam kegiatan TJSL-nya.

Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yang diadopsi adalah tujuan ke 4, yaitu Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

"Selain itu, beberapa program tanggung jawab sosial dan lingkungan juga kami jalankan di Bangka Belitung. Harapan kami, apa yang telah kami upayakan akan memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat Bangka Belitung," imbuh Fajar.

GoRiau

Tentang KBI

PT KBI, berdiri pada tahun 1984 dengan nama PT Persero Kliring Jaminan Berjangka Komoditi atau KJBK, dengan layanan yaitu Registrasi Pasar Fisik Komoditi Karet dan Kopi serta Kuota Tekstil. Pada tahun 2001 PT Persero Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi (KJBK) berubah nama menjadi PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau disingkat KBI.

KBI juga merupakan bagian dari Holding Danareksa. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No No 7 tahun 2022, tentang Penambahan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) Danareksa, KBI secara resmi menjadi bagian dari Holding Danareksa.

Sementara Itu, KBI memiliki 3 layanan usaha, yaitu Lembaga Kliring Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi, Lembaga Kliring untuk Pasar Fisik Timah Murni Batangan (ekspor dan perdagangan dalam negeri) serta sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang. ***