PEKANBARU - Kabut asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa daerah di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Meskipun demikian, masih banyak pula masyarakat yang mengabaikan himbauan untuk melakukan upaya pencegahan, seperti menggunakan masker, mengurangi aktivitas diluar ruangan, dan banyak minum air putih.

Direktur Rumah Sakit Universitas Riau dr. Zulharman, M.Med.Ed mengingatkan, partikel asap yang terhirup oleh manusia memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Iapun menghimbau masyarakat terpapar asap yang tidak mengalami batuk atau sesak nafas tetap mewaspadai dampak jangka panjang asap yang dihirup.

"Karena kabut asap inikan lamanya dalam sebulan dua bulan, kadang seperti tidak ada masalah. Tetapi asap inikan kalau masuk keparu-paru, dia mengendap selama bertahun-tahun, berdasarkan riset bisa menyebabkan kanker meskipun waktunya mungkin dalam puluhan tahun," jelasnya, Rabu, (18/9/2019).

"Dampak jangka panjang ini harus kita waspadai," tambahnya.

Untuk itu, Zulharman menghimbau agar masyarakat yang terpapar asap di Kota Pekanbaru sebisa mungkin mengurangi aktivitas diluar ruangan, menggunakan masker dan perbanyak minum air putih meskipun tidak merasa gejala batuk atau sesak.

"Udara di Kota Pekanbaru masih kategori tidak sehat, walaupun badan terasa sehat, tetap harus perbanyak minum air putih, dan gunakan masker standar N95, untuk lebih optimal," paparnya.

Ia menjelaskan, masker N95 adalah memang harganya lebih mahal daripada masker biasa. Namun, masker N95 mampu menyaring partikel halus berukuran 0,5-2.5 mikron.

"Dengan masker biasa memang meminimalisir, tetapi untuk lebih baik mengguanakan masker N95 meskipun harganya lebih mahal. Apalagi jika sering keluar rumah, daya tahan tubuh bisa menurun karena terus terpapar, sehingga tubuh kelelahan dan akhirnya sakit," jelasnya.***