JAKARTA - Ikatan Pemuda Mahasiswa Meranti (IPMM) Jakarta menggelar diskusi publik yang mengangkat tema 'menyingkap tabir melirik asa' itu dilaksanakan di sebuah cafe di daerah Tebet, Jakarta Selatan, pada Minggu (8/12/2019).

Pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan ini diantaranya pengusaha perkapalan asal Kepulauan Mahmuzin Taher, mantan Direktur Netle, Pandu Chris, dan Ketua Ikatan Keluarga Meranti Jakarta (IKMJ) Hamdi Hamzah.

Dalam diskusi tersebut pemateri silih berganti memaparkan peluang dan tantangan Kepulauan Meranti untuk meningkatkan perekonomian masyarakat mengingat Meranti memiliki kawasan yang sangat strategis yakni di pintu gerbang provinsi Riau dan menjadi penghubung antara provinsi Riau dan Kepulauan Riau bahkan lokasi berada di sentral dua negara tetangga yakni malaysia dan Singapura.

Diskusi yang digelar diharapkan untuk menimbulkan rasa cinta dan kepedulian para mahasiswa terhadap apa yang terjadi di Kepulauan Meranti.

Ketua IKMJ, Handi Hamzah mengatakan meskipun berada di jakarta IPMM Jakarta sangat berpotensi untuk mendorong kemajuan daerah, karena di Jakarta adalah pusat semua peradaban.

"Kita sangat berpeluang besar untuk menjadi akses perdagangan bagi provinsi Riau dan sekitarnya karena geografis kita yang strategis tetapi hal itu tidak terwujud karena kita tidak punya pelabuhan besar untuk bongkar muat kapal kontainer dari Jakarta sedangkan banyak kebutuhan yang kita beli dari Jakarta," ungkap Hamdi Hamzah.

Mahmuzin Taher yang merupakan pengusaha perkapalan mengatakan saat ini tidak ada kapal yang rutin berangkat ke Jakarta membuat harga komoditi tidak terjual, bahkan lebih sering dijual ke Malaysia.

"Tidak adanya kapal kargo yang memiliki jadwal rutin dari Meranti ke Jakarta membuat pengusaha di Jakarta tidak mau membeli komoditi dari Meranti karena pabrik membutuhkan jamin barang datang tepat waktu dan konsisten, padahal disini kebutuhan sagu dan kelapa sangat besar," katanya.

Mahmuzin menambahkan pemkab bisa saja membangun pelabuhan dengan menggunakan biaya dari komoditi, namun harus ada yang mengatur harga jual komoditas tersebut.

"Kita bisa saja membangun pelabuhan dengan biaya dari memanfaatkan komoditi yang ada seperti karet, kopi, kelapa, dan sagu. Hanya saja harus ada kebijakan yang mengatur harga jual komoditi tersebut," ujarnya.

"Kita tidak bisa berharap kepada Malaysia saja, kalau mereka tidak mau beli kelapa kita jadi busuk, sedangkan kelapa banyak, akhirnya kita jual ke mereka dengan harga murah, sedangkan di Jakarta harga kelapa bisa mencapai Rp 9 ribu kalau di pasar, problem ini harus segera diatasi bersama," ujar Mahmuzin lagi

Sementara itu, ketua IPMM Jakarta, Irwansyah mengatakan kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk mahasiswa dan memberikan pengalaman berharga bagaimana menjadi seorang entrepreneur serta dapat berperan aktif dalam memajukan ekonomi Meranti.

"Kegiatan ini selain mengejar peluang usaha juga untuk membangun Meranti kedepannya. Karena bagaimanapun sebagai putra daerah, mahasiswa Meranti di Jakarta harus berperan aktif untuk kemajuan pembangunan daerah," ungkapnya. (rls)