JAKARTA - Al-Ḥajaru al-Aswad (Hajar Aswad) merupakan sebuah batu berwarna hitam yang terletak pada sisi luar Kakbah di Komplek Masjidil Haram, Makkah. Mulanya batu ini berwarna putih, bahkan kata Rasululullah SAW, lebih putih dari dari susu.

Dikutip dari Republika.co.id, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ''Hajar aswad turun dari surga, padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam''. ( HR Tirmidzi)

Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitabnya yang berjudul Fadhilah Haji mengatakan, hadits ini memberitahukan kepada kita bahwa karena tangan-tangan manusia yang penuh dosa menyentuhnya, maka pengaruh dosa-dosa mereka telah menyebabkan batu itu menjadi hitam. Dalam hal ini hendaklah setiap orang memperhatikan dengan penuh teliti.

Apabila batu saja menjadi hitam karena sentuhan, maka bagaimana pula keadaannya dengan qalbu manusia yang terus menerus hidup dalam kemaksiatan. Menurut sebuah hadits, apabila seorang melakukan suatu dosa, maka akan melekat satu titik hitam dalam hatinya.

Jika ia bertaubat, maka titik hitam itu akan terhapus. Tetapi apabila ia melakukan dosa-dosa lagi, maka titik hitam yang lain akan melekat dalam hatinya. Jika terus menerus melakukan dosa dan tidak bertaubat, maka titik hitam itu pun akan bertambah banyak, sehingga hati itu akan menjadi hitam seluruhnya.

Berasal dari Surga

Sebagaimana diterangkan dalam sejumlah hadits yang diriwayatkan dari berbagai perawi hadits tepercaya, hajar aswad adalah sebuah batu mulia yang berasal dari surga. 

Dari Abdullah bin Amru berkata, ''Malaikat Jibril telah membawa hajar aswad dari surga lalu meletakkannya di tempat yang kamu lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama hajar aswad itu ada. Nikmatilah batu itu selama kamu masih mampu menikmatinya. Karena akan tiba saat di mana Jibril datang kembali untuk membawa batu tersebut ke tempat semula.'' (Hadits Riwayat Al Azraqy).

Riwayat dari Ibnu Abbad RA, menyebutkan, Hajar aswad merupakan batu yang diturunkan langsung oleh Allah SWT dari surga. Rasulullah SAW bersada, ''Demi Allah, Allah akan membangkit hajar aswad ini pada hari kiamat dengan memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa yang pernah mengusapnya dengan hak.'' (Hadits Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, At Tabrani, Al Hakim, Al Baihaqi, Al Asbahani).

Asal-usul Hajar Aswad juga diungkapkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, ''Nikmatilah (peganglah) hajar aswad ini sebelum ia diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga, dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum tiba hari pembalasan (kiamat).''  

Terkait dengan banyaknya riwayat yang menyebutkan bahwa batu hitam ini berasal dari surga, banyak pihak yang penasaran dengan hal tersebut. 

Ada yang berusaha mengambil atau mencurinya. Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan batu yang bukan berasal dari bumi. Kalangan ini menyebutnya dengan batu meteor. Namun, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadits, batu hitam tersebut adalah batu yang berasal dari surga.

Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai asal mula diturunkan. Ada yang menyebutkan, batu ini diturunkan oleh Allah SWT melalui perantaraan malaikat Jibril. 

Sebagian lagi berpendapat, ia dibawa Nabi Adam AS ketika diturunkan dari surga. Pendapat ini disampaikan Ibnu Katsir, dalam bukunya Qishash al-Anbiyaa' (Kisah Para Nabi dan Rasul). Wa Allahu A'lam.

Para pihak yang masih 'penasaran' dengan batu ini, berusaha mencari tahu asal sumbernya. Ada yang berusaha menelitinya, dan menyatakan batu ini memang batu yang bukan berasal dari bumi. Di antaranya menyatakan, batu ini adalah pecahan dari batu meteor.

Bahkan, seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Prof Dr Zaghlul An-Najjar, meminta dunia Islam untuk mengambil sampel satu atau dua mikro hajar aswad untuk bahan penelitian dan pembuktian dari hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa batu tersebut itu tidak berasal dari bumi, tapi berasal dari surga.

Sebagaimana dikutip Muslimdaily.com, An-Najjar meyakinkan dunia Islam tujuan pengambilan sampel itu semata-mata untuk penelitian. Ia meyakinkan, pengambilan sampel itu tidak akan merusak Hajar Aswad.

Penelitian lainnya mengungkapkan, Hajar Aswad adalah batu tertua di dunia. Konon, ia bisa mengambang di air. Di sebuah museum Inggris, dikabarkan ada tiga buah potongan batu Hajar Aswad. Dan pihak museum meyakini, bahwa bongkahan batu tersebut bukan berasal dari planet yang ada dalam sistem tata surya (galaksi). Mereka meyakini, Hajar Aswad bukan batu biasa. Dan juga bukan pecahan dari batu meteor. Ia berasal dari Yang Maha Pencipta.***