JAKARTA - Keyakinan KPU dan kedua tim sukses bahwa debat perdana calon presiden dan calon wakil presiden akan memukau rakyat Indonesia karena keempat kandidat sudah mendapatkan kisi-kisi pertanyaan ternyata sangat jauh dari harapan.

Sebagian besar rakyat kecewa karena semua sisi gelaran debat baik substansi maupun teknis bukan hanya menenggelamkan gagasan para kandidat tetapi juga sebagai sebuah ‘pertunjukan’ kurang dinamis, kaku, dan tidak mengalir seperti layaknya forum debat dan adu gagasan.

"Konsep dan format debat kemarin seperti mengkungkung kedua paslon sehingga gagasan-gagasan mereka terkait hukum, HAM, korupsi, dan terorisme tidak diucapkan secara konkret. Keempat kandidat seperti terpaku pada daftar pertanyaan dan jawaban yang sudah memenuhi pikiran mereka. Gagasan mereka semakin tenggalam saat pertanyaan para penelis tidak tajam dan sangat normatif ditambah debat antarpaslon yang banyak keluar konteks dan tema," papar Anggota DPD RI Fahira Idris, di Jakarta (18/1).

Menurut Fahira, jika KPU tegas dan berani mengubah konsep dan format debat, mulai dari tidak membocorkan daftar pertanyaan, mengarahkan para panelis agar menyusun pertanyaan yang lebih tajam sesuai isu krusial yang sedang dihadapi rakyat, dan memberi waktu lebih longgar untuk paslon saling berdebat, gelaran debat selanjutnya bisa lebih baik dan menjadi pendidikan politik bagi rakyat. Namun jika tidak, jangan harap partisipasi dan antusiasme pemilih akan naik.

Fahira mengungkapkan, bahwa debat pilpres adalah salah satu referensi utama bagi sebagian besar rakyat Indonesia sebelum menentukan pilihannya dalam bilik suara. Konsep dan format debat pilpres yang berhasil ‘memaksa’ capres/cawapres mengeluarkan gagasan besar dan mampu menyakini rakyat akan gagasannya adalah titik awal keberhasilan gelaran Pilpres 2019.

Namun, jika debat yang disajikan seperti debat perdana kemarin, Fahira khawatir banyak pemilih yang tidak tergerak hatinya untuk memilih pada 17 April nanti. Kondisi seperti ini akan jadi kerugian besar bagi bangsa ini. Oleh karena itu, KPU harus mengevaluasi total debat perdana pilpres dan segera memformulasikan format dan konsep baru.

Debat perdana ini juga, lanjut Fahira, menjadi pelajaran bagi kedua tim sukses bahwa performa kandidat mereka tidak maksimal akibat format dan konsep debat yang begitu mengkungkung dan memagari paslon mengungkapkan gagasan besarnya.

"Saya cuma mau pesan kepada KPU dan kedua tim sukses jangan terlalu khawatir akan kemampuan kedua paslon. Keempatnya putra terbaik bangsa dan mereka punya kemampuan dan wawasan yang sangat baik, Biarkan mereka berdebat dan adu gagasan sehingga rakyat punya landasan kuat sebelum menentukan pilihannya," tukas Senator atau Anggota DPD RI DKI Jakarta ini.

Fahira juga berharap pada debat kedua nanti terjadi perubahan-perubahan teknis yang walau kecil tetapi sangat menganggu rakyat yang menonton lewat televisi.

"Ubahlah teknis debat menjadi lebih kondusif. Tidak perlu terlalu banyak orang menonton di dalam ruang debat. Cukup paslon, beberapa tim sukses, tokoh-tokoh bangsa, ditambah perwakilan masyarakat. Debat kemarin terlalu ‘ramai’ baik orang maupun suara pendukung. KPU bisa sediakan layar besar diluar ruangan debat untuk tim sukses dan pendukungnya nonton bersama," pungkas Fahira Idris.***