SELATPANJANG – Dalam upaya membangun kesadaran dan menambah wawasan generasi milenial terhadap politik, Dikopi Selatpanjang menggelar diskusi dan obrolan politik Dikopi dengan tema politik kekinian.

Talkshow yang digelar di halaman Dikopi Coffee Shop Jalan Merbau, Selatpanjang, Jumat (9/12/2022) malam itu dipandu Nurisnani Rahmadanti, Ketua Dema STAI Nurul Hidayah Selatpanjang dengan menghadirkan pembicara diantaranya mantan Bupati Kepulauan Meranti dua periode, Drs. H. Irwan Nasir, anggota DPRD Kepulauan Meranti 2014-2024, Dedi Putra, mantan anggota DPRD Kepulauan Meranti 2014-2019, Emiratna alias Nanak dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti, Syamsidir Salim.

Adapun peserta yang hadir terdiri dari anak-anak muda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kepulauan Meranti. Tidak hanya itu, kelompok umur paruh baya pun terlihat hadir.

Fitriadi Mirtha yang merupakan owner Dikopi Coffee Shop mengatakan, kesadaran generasi muda atau generasi milenial sangat perlu memiliki pengetahuan tentang pemilihan umum (pemilu) agar dapat menjadi pemilih yang cerdas.

"Kuantitas milenial yang begitu besar di Indonesia seharusnya bisa dikonversikan sebagai kualitas agar kelompok ini bisa menjadi lokomotif perubahan bangsa dan daerah. Untuk itu diskusi tentang politik ini sangat perlu dilaksanakan agar perspektif mereka terhadap politik tidak apatis," ujarnya.

Irwan Nasir dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya ini merupakan sebuah terobosan baru yang memberikan edukasi pentingnya berpolitik bagi kaum milenial atau pemilih pemula.

"Kegiatan ini sangat bagus dan menjadi terobosan baru dalam memberikan pencerahan kepada milenial tentang pentingnya politik dalam kehidupan sehari-hari," kata Irwan Nasir.

Merilis hasil survei Strategic and International Studies (CSIS), Irwan Nasir mengatakan partisipasi pemilih pemula sangat mendominasi pada Pemilu yang akan datang.

"Dari survei yang dilakukan CSIS, tahun 2024 yang akan datang itu diperkirakan proporsi pemilih pemula atau milenial itu akan mendominasi mencapai 61 persen dari total penduduk Indonesia," tuturnya.

Pemilu 2024 mendatang, pesertanya akan diisi oleh anak-anak muda. Namun kata Irwan, partisipasi pemilih muda yang mendominasi tersebut masih percaya dengan politisi yang umurnya hampir setengah abad, sehingga kondisinya kedepannya itu tidak jauh berubah dengan kondisi saat ini.

"Saya pikir Pemilu 2024 akan sangat-sangat sangat menarik. Kenapa akan menjadi sangat-sangat menarik, karena lebih dari setengahnya itu nanti pesertanya adalah pemilih pemula yang berusia 23 tahun ke bawah, ini menarik sekali tetapi yang lucunya pemilih pemula ternyata masih percaya kepada politisi yang umurnya itu diatas 40 tahunan. Jadi diperkirakan partisipasi tinggi di legislatif yang akan duduk yang berasal dari milenial itu jumlahnya juga masih akan tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi hari ini," kata Irwan.

Diungkapkan Irwan, diskusi politik yang digelar untuk kaum milenial di Kepulauan Meranti itu sangat strategis, mengingat jika politik diurus orang-orang yang tidak baik, maka hasilnya juga tidak akan baik.

"Obrolan kita dengan judulnya bincang-bincang politik, saya pikir untuk kondisi Kepulauan Meranti hari ini sangat strategis. Kenapa demikian, karena kalau kita bicara tentang politik menurut saya, secara sederhana politik itu adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan atau cara untuk dapat mengakses kekuasaan, jadi kalau kita tidak ikut berpolitik kita bisa bayangkan politik ini akan diisi oleh orang-orang di luar kalian ini," ujar Irwan.

Lebih jauh disampaikan Irwan, jika orang baik tidak mau masuk ke dunia politik jangan salahkan ketika orang-orang tidak baik akan menguasai jalannya pemerintahan.

"Politik harus dikendalikan oleh orang baik. Kalau yang memegang kekuasaan itu orang-orang yang tidak kredibel dan yang tidak punya kompetensi, mau jadi apa negara kita ini. Karena kita harus tahu dari politik lah terbangun pemerintahan dan dari pemerintahannya diperoleh kekuasaan. Begitu orang yang kita pilih itu adalah orang yang tidak punya kompetensi, orang yang tidak tepatnya untuk diberi kekuasaan dan dia berkuasa kita bisa membayangkan bagaimana orang gila kita berikan dia pegang pisau," ungkap Irwan.

"Ketika politik dikendalikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak punya kompetensi akan terjadilah huru-hara dan akan terjadi ketakutan-ketakutan yang luar biasa di masyarakat, akan terjadilah penzaliman akan terjadilah kekejaman itulah dampak dari politik yang tidak dikelola secara bertanggung jawab. Oleh karena itu adik-adik sekalian, saya kembali lagi mengimbau kalau saya katakan politik itu adalah sebuah ibadah. karena politik juga jalan untuk berjihad untuk menegakkan kebaikan, Mereka yang memang bisa dijadikan teladan karena mereka ini akan menentukan nasib kita di masa depan. Jadi pilihlah politik yang amal ma'ruf nahi mungkar bukan politk munafik," pungkasnya.

Anggota DPRD Kepulauan Meranti, Dedi Putra mengatakan anak muda seringkali melihat bahwa tokoh masyarakat dan memilih yang tua bisa membawa perubahan, namun tanpa sadar anak muda sendiri sebenarnya mampu melakukan perubahan itu sendiri.

"Sebenarnya dengan kekuatan dan kekompakan anak muda mereka akan bisa menghasilkan legislator yang mungkin memiliki pemahaman terhadap anak muda itu sendiri," kata Dedi.

"Saya kira ketika kita nanti berada di lingkungan masyarakat, kita harus bisa mampu mengkomunikasikan sesuatu yang kita inginkan, ini yang masih kurang. Oleh karena itu di legislatif saat ini anak-anak muda sangat perlu berperan. Kita berharap diskusi-diskusi politik ini mampu membuka pemikiran bahwa politik itu bukan sesuatu yang yang perlu kita takuti, politik itu pada dasarnya adalah pilihan," ujar Dedi.

Saat ini kata Dedi, banyak pilihan bagi generasi muda milenial untuk berpolitik dengan memanfaatkan berbagai saluran di media sosial yang memudahkan untuk bersosialisasi. Namun hal itu juga perlu didukung dengan menyerap langsung aspirasi masyarakat di lapangan.

"Semua pemilih bisa memiliki sebuah pilihan. Oleh karena itu mulai hari ini kita berharap sebuah komunikasi dijalankan oleh adik-adik yang mereka berminat jadi politisi. Saya menyambut baik apa yang dilakukan oleh Dikopi ini, rasanya ini mampu mengembalikan kenangan saya menjadi ketua mahasiswa dulunya. Kami melakukan diskusi panel yang menghadirkan siswa-siswa sekolah dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada kita berbicara di depan umum, berbicara di depan publik sehingga apa yang kita sampaikan itu terdengar kemudian apa yang kita inginkan itu mampu dipahami oleh orang-orang lain," kata Dedi.

"Oleh karena itu, pada Pemilu 2004 nanti kami sarankanlah kepada adik-adik untuk mencoba mengikuti kontestasi politik dan mencoba untuk mempengaruhi kawan-kawan sambil yang paling penting adalah komunikasi dalam sebuah komunitas. Karena politik itu sebenarnya adalah kemampuan kita untuk melakukan komunikasi," tuturnya.

Sementara itu Emiratna alias Nanak mengatakan anak muda milenial jangan pernah takut untuk berpolitik. Dikatakan lagi, jika ada yang merasa canggung maka hal itu bisa dipelajari seiring waktu berjalan.

"Jangan menganggap politik itu kotor dan lain sebagainya, karena kalau kita sudah menjalani mudah-mudahan kedepan kita tahu maksud dan tujuan dan artinya.Untuk itu kami melihat ada 58 persen suara milenial untuk menyumbangkan suaranya demi kemajuan negara kita ini. Sementara itu dalam menjalani sebagai anggota DPRD, jangan takut karena tidak tahu dan lain sebagainya semuanya sudah ada tatib nya, mungkin kawan-kawan sekalian agak canggung menjalaninya. Tetapi kalau kita sudah menjalani mudah-mudahan itu akan lebih lancar lagi karena semua kegiatan yang ada di dewan itu setiap tahunnya setiap periodenya akan dibuat tatib," jelasnya.

Ketua PWI Kepulauan Meranti, Syamsidir Salim sebagai pembicara terakhir menyebutkan jika berpolitik sangat dianjurkan. Bahkan katanya tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial sudah sangat sering berpolitik.

"Apakah boleh kita berbicara politik?. Jawabannya tentu boleh dan sangat boleh karena tanpa disadari atau tidak dalam kehidupan sehari-hari kita juga berpolitik, di pasar di kedai kopi bahkan di dalam kehidupan berkeluarga pun kita berpolitik, karena memang pemahaman pengertian tentang politik itu sangat luas. Politik tidak hanya berbicara mengenai kenegaraan atau tata negara atau pemerintahan dan kebijakan politik juga berbicara tentang strategi politik juga berbicara tentang tipu daya namun sejatinya politik itu membangun peradaban dan kemerdekaan masyarakat Indonesia, tapi sayang kadang di lapangan yang kita temukan yang seharusnya politik ini ditopang oleh semangat gotong royong dan kejujuran tapi di lapangan malah sebaliknya," tutur Syamsidir.

Dikatakan Syamsidir, salah satu sarana yang saat ini paling sering digunakan orang adalah media sosial. Dimana perkembangan media sosial saat ini sangat berpengaruh dalam menyebarkan informasi.

"Polemik disini adalah terkadang informasi yang benar dan informasi yang salah bercampur aduk menjadi satu. Disinilah perlunya pers sebagai penyeimbang, dimana berita yang proporsional akan selalu menyajikan data-data yang akurat dan berimbang. Untuk itu pers juga dijamin kemerdekaannya oleh pemerintah dan juga harus dirangkul," Kata Syamsidir.***