PEKANBARU - Ahli Epidemiologi Riau, Dr Wildan Asfan Hasibuan menilai, sebenarnya untuk sekolah yang menerapkan asrama relatif lebih aman. Sebab mobilitas siswa jauh lebih terkendali dan terbatas di lingkungan sekolah atau asrama. Sehingga lebih mudah dikendalikan.

"Cuma kalau sudah ada satu saja yang terpapar itu akan banyak yang kena, karena mereka tidur bersama, makan bersama," katanya, Senin (29/11/2021).

Wildan menegaskan, sebenarnya yang harus diwaspadai adalah para guru dan orang yang keluar masuk ke luar lingkungan sekolah. Mereka lebih besar terpapar virus karena bergaul dengan banyak orang diluar sekolah.

"Guru, tukang masak, tukang kebun, tukan tidak tidur di asrama, mereka pulang, bertemu banyak orang, itu yang harus diwaspadai, " katanya.

Selain itu, guru dan orang-orang yang keluar masuk asrama, itu harus dilakukan pemeriksaan Swab minimal sekali seminggu. Tujuanya untuk memastikan mereka tidak terpapar Covid-19.

"Supaya yang didalam itu aman, karena cenderung yang membawa virus itukan yang dari luar," katanya.

Selain itu, tracing, tracking dna testing atau 3T juga harus diperbanyak. Setiap orang yang berkontak dengan santri, termasuk guru dan keluarga dari santri yang terpapar itu harus diperiksa. Minimal 14 orang untuk satu orang yang positif.

Namun yang tidak kalah penting, pihak sekolah harus membatasi orang dari luar yang ingin bertemu dengan siswa atau santri. Termasuk orang tua, agar diberi jarak saat bertemu anak nya diasrama. Sehingga tidak terjadi kontak langsung antara anak dengan orang lain yang berasal dari luar asrama.

"Kelau disekolah umum justru lebih aman, belum ditemukan sejauh ini yang sekolah umum itu ada kluster, sekarang itu yang perlu diwaspadai anak-anak sepulang sekolah, mereka ini kan buka masker, berkumpul, itu kan rawan," ujarnya. ***