JAKARTA - PT BRI Asuransi Indonesia (BRINS) akanl memberi sejumlah insentif seperti diskon premi dan perluasan perlindungan terhadap proteksi untuk kendaraan ramah lingkungan. Selain itu, kerusakan berat kendaraan konvensional yang diproteksi perseroan juga akan ditawarkan untuk diganti dengan kendaraan ramah lingkungan.

Direktur Utama BRI Insurance, Fankar Umran menyatakan, hal tersebut menjadi bagian dari dukungan perseroan terhadap pengembangan industri kendaraan ramah lingkungan. Di samping itu, insentif dan kebijakan yang bakal dijalankan menjadi upaya perusahaan menangkap sejumlah peluang bisnis.

Kebijakan perusahaan lewat pendekatan environmental, social, and governance (ESG) tersebut misalnya mendorong pengajuan asuransi sampai klaim seluruhnya dilaksanakan dengan paperless, melalui aplikasi. Selanjutnya, lahir produk pay as you drive atau pembayaran premi sesuai hanya saat seseorang berkendara. Terlepas dari sejumlah realisasi kebijakan tersebut, ESG ikut membuat perseroan memberikan insentif.

"Berikutnya adalah incentive for eco-friendly vehicle, ini untuk mendukung ekosistem industri ramah lingkungan. Insentif yang bisa diberikan misalnya berupa penurunan atau diskon premi, tapi terkadang-kadang ada batasan untuk penurunan itu. Di samping itu, yang bisa ditawarkan adalah berupa perluasan cakupan asuransi. Misalnya saat mengasuransikan kendaraan ramah lingkungan, nasabah juga bisa mendapatkan perlindungan gratis berupa asuransi kecelakaan," kata Fankar pada acara Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, insentif sekaligus peluang bisnis dari perkembangan kendaraan ramah lingkungan adalah terciptanya penawaran green for old. Dalam hal ini, BRI Insurance menawarkan suatu model pergantian jika kendaraan mengalami kerusakan lebih dari 75% (total loss).

“Kalau yang berlaku sekarang adalah new for old, entah itu hilang atau kecelakaan yang mencakup kerusakaan sampai dengan 75%, itu diganti dengan kendaraan (konvensional) baru dengan merek kendaraan yang sama. Sekarang kita tawarkan untuk mendukung industri ramah lingkungan, maka sekarang kita tawarkan kerusakan yang besar itu diganti dengan kendaraan baru, baik itu kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan konvensional dengan merek yang sama," jelas Fankar.

Namun demikian, Fankar mengungkapkan, dukungan asuransi terhadap industri ramah lingkungan masih menemui sejumlah tantangan. Di antaranya adalah masyarakat belum begitu sadar untuk berperilaku ramah lingkungan, padahal perilaku tersebut memiliki dampak jangka panjang. Selanjutnya adalah infrastruktur yang sedang dibangun, banyak insentif, tapi belum cukup memadai.

Untuk menjawab tantangan itu, ekosistem ramah lingkungan butuh dukungan lebih dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Selain itu, dukungan diharapkan bisa diberikan oleh institusi keuangan. Dukungan yang dimaksud misalnya berupa kredit atau pembiayaan dengan bunga yang murah bagi kendaraan ramah lingkungan. Serta kolaborasi yang baik antara pemain di industri otomotif.

"Terakhir, yakni dukungan dari industri asuransi. Bagaimanapun industri berkembang, kalau tidak ada proteksi akan menjadi masalah dan persoalan karena ada satu lobang yang tidak tertutup. Penting saya sampaikan bahwa industri asuransi perlu berkolaborasi lebih erat supaya tujuan sustainable economy kita bisa tercapai," ungkap Fankar. ***