PEKANBARU - Kelompok tani di Kampung Penyengat dan Kampung Kayu Ara, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau membudidayakan komoditas unggulan sebagai inovasi baru dalam mata pencahariannya. Salah satu komoditas unggulan tersebut adalah kelapa hibrida (Cocos nucifera), yang memproduksi buah lebih banyak dari varian lainnya pertahun.

Pembudidayaan kelapa hibrida ini menjadi harapan meningkatnya penghasilan petani di Sungai Apit. Melalui pembinaan Center for International Forestry Research (CIFOR) yang didukung Temasek Foundation (TF), World Agroforestri dan Singapore Coorporation Enterprise (SCE), serta kerjasama dengan PSB Unri, Sedagho Siak, dan Siak Hijau, penanaman kelapa hibrida sudah dimulai sejak awal 2022 lalu.

"Kita sangat berterima kasih kepada CIFOR dan mitra yang sudah mau memberikan dukungan. Kami kelompok tani di Arena Aksi 2 di Kampung Penyengat ini, akhirnya bisa menanam kelapa hibrida karena bantuan bibit dan pembinaan penanamannya," ujar Kehong mewakili kelompoknya.

Menurutnya, ada sekitar 130 bibit kelapa hibrida yang sudah ia bagikan juga kepada kelompok taninya untuk ditanam bersama. Selain itu, mereka juga membagikan 10 bibit matoa yang selain buah, rindangnya juga berfungsi sebagai pelindung terik matahari.

Kelompok pertanian di Kampung Penyengat dan Kayu Ara, masing-masing terbagi dalam lima arena aksi (wilayah lahan yang digunakan sebagai riset aksi partisipatif berbasis masyarakat oleh CIFOR). Setiap wilayah atau arena aksi dikelola oleh masyarakat yang terbentuk dari Masyarakat Peduli Api (MPA), kelompok tani, lembaga adat, kelompok konservasi mandiri, dan kelompok wanita tani (KWT).

Selain kelapa hibrida, CIFOR juga memberikan bantuan berupa bibit matoa, kopi liberika dengan cita rasa khas yang lebih pahit dibandingkan kopi arabika ataupun robusta. Ada juga bibit pohon gerunggang, jambu, alpukat dan beberapa tanaman pertanian lainnya.

Di Kampung Kayu Ara, dimana sejumlah kelompok tani melakukan pembibitan kayu geronggang bercita-cita tak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui tanaman pertaniannya, melainkan juga menjaga kelestarian lingkungan.

Ialah Pak Jumadi, mewakili kelompoknya berkata bahwa budidaya pohon geronggang ini bertujuan utama untuk menjadi hutan wisata di daerahnya. Kayu geronggang ini akan ditanam di Arena 1 Kampung Kayu Ara.

"Geronggang ini kayunya bisa dipanen setelah usia 4 tahun dan harganya bisa mencapai Rp35 ribu sampai Rp40 ribu perbatang. Akan tetapi tujuan kita bukan hanya untuk menjual, kita ingin menanamnya di lokasi-lokasi yang perlu, kemudian kita ingin membuat hutan geronggang, nantinya bisa menjadi tempat karyawisata anak-anak sekolah dan melestarikan lingkungan," jelasnya.

Menurutnya, sudah ada 10 hektar lahan desa yang bisa ditanami. Namun, baru dua hektar yang berhasil mereka kelola.

"Bibit yang ada sekarang sudah berusia satu tahun, seharusnya sudah kita tanam di lahan. Namun karena lokasinya jauh dan juga cuaca, kita masih menunggu waktu yang lebih tepat," jelasnya.

Indonesia Deputy Country Director CIFOR-ICRAF Indonesia, Prof. Herry Purnomo menjelaskan, tujuan utama pembinaan CIFOR adalah pencegahan kebakaran dan restorasi gambut berbasis masyarakat. Dengan kata lain, CIFOR mengajak masyarakat setempat untuk bersama-sama melakukan pencegahan Karhutla, dengan sistem pertanian yang terbarukan.

Gerakan utama yang dilakukan adalah dengan mengubah tata cara pembukaan lahan dengan pembakaran melalui sistem lain. Pembukaan lahan yang diajarkan kepala kelompok tani adalah pemababatan, menggunakan herbisida (racun gulma) terkontrol dan rekayasa lanskap dengan membuat embung yang dibantu peralatan.

"Kita ingin masyarakat mulai terbiasa untuk membuka lahan dengan cara-cara selain membakar. Kemudian, memfasilitasi mereka untuk melakukan inovasi atau pembaruan komoditas pertanian yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Ini merupakan riset partisipasi yang kita lakukan dengan melibatkan masyarakat," jelasnya.

Menurutnya, meskipun penanaman sejumlah komoditas baru merupakan permintaan langsung dari masyarakat itu, namun pihaknya sudah melakukan riset dan survei terlebih dahulu untuk mendapatkan pasar dan nilai dari hasil pertanian. Sehingga, para petani memiliki pasar untuk menjual produk pertaniannya.

"Kita sudah melakukan survei, walaupun Arena Aksi ini sebenarnya dalam skala yang kecil. Misalnya untuk kelapa hibrida, kita mencari pasar yang dekat, yang masih berada di wilayah Riau. Hasil panen kelapa ini akan dijual secara mentah, dan setelah pembinaan lanjutan bisa diolah oleh masyarakat sendiri sebelum dijual," pungkasnya.

Ia berharap rangakaian pembinaan dan proses pertanian yang dilakukan oleh masyarakat tani dapat segera membuahkan hasil. Menurutnya, kunci keberhasilan pertanian terutama pada ketekunan dan kedisiplinan petani selama prosesnya.

"Strategi terbaik pun tidak akan berhasil tanpa ketekunan dalam proses pelaksanaannya," pungkasnya. ***