SIAK - Aktivitas siswa dan guru di sekolah terpaksa ditiadakan sejak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, termasuk di Kabupaten Siak, Riau. Peserta didik hanya belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring).

Abdullah, guru MTs Negeri 2 Siak Kecamatan Sungai Apit mengatakan era new normal ini, dunia pendidikan terus berbenah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada siswa. Sekolah bisa melakukan blended yakni menggabungkan antara daring dan luring.

"Kami sebagai pendidik di tengah pandemi Covid-19 ini tetap mengupayakan siswa bisa belajar, model pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring. Tetapi sejujurnya, belajar dengan daring ini tidak efektif bagi seluruh siswa," kata Abdullah, Senin (6/7/2020) kepada GoRiau.com. Dijelaskan Abdullah berbagai alasannya, pertama peserta didik yang tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi yang rendah, sarana prasarana belum memadai serta keadaan perekonomian masyarakat yang masih lemah, jelas tidak akan bisa mengikuti belajar daring ini.

"Tidak semua siswa memiliki laptop dan smart phone untuk mengikuti belajar melalui virtual, sehingga dari 34 siswa, hanya setengahnya saja yang dapat mengikuti belajar daring ini," kata Abdullah lagi.

Alasan kedua, kata Abdullah, sebagian besar peserta didik tidak berada di rumah saat belajar daring dimulai. Mereka melaksanakan aktifitas membantu orang tua seperti di perkebunan sawit, karet, persawahan bahkan menjadi buruh dan berjualan di pasar.

"Itulah berbagai hal yang membuat pembelajaran daring sulit diterapkan secara efektif. Dengan begitu jelaslah proses pemberian hak belajar kepada seluruh siswa tidak tercapai," ungkapnya.

Menurut Abdullah para guru di Kabupaten Siak ingin peserta didiknya tetap mendapatkan hak belajar meski wabah virus Corona terus saja mengancam dengan bertambahnya jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Kita akan mencoba dengan membuat kelompok belajar kecil yang terdiri dari tiga atau empat orang siswa. Siswa diberikan hak untuk memilih kelompoknya masing-masing. Bisa juga dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa yang belum bisa bergabung ke kelas daring," ucapnya.

Selanjutnya makukan diskusi terbuka untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi siswa. Ketika hal ini dilakukan maka guru bisa menganalisa faktor penghambat yang dihadapi siswa, sehingga tindakan tepat bisa dilakukan dengan cepat.

Ketiga, siswa akan mengikuti kelas daring jika materi yang disampaikan oleh guru menarik dan menyentuh langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa. Keterampilan siswa dalam mengelola kelas daring dengan baik memberikan kontribusi besar pada keefektifan pembelajaran tersebut.

"Pandemi ini tentu saja berpeluang mengancam kualitas pendidikan, menghilangkan hak siswa untuk belajar," kata guru berprestasi dipercaya sebagai Fasda (Fasiltas Daerah) program Tanoto Fondation.

Diakui Abdullah, orangtua merupakan jendela pertama pendidikan anak-anak. Pengaruh orang tua sangat besar terhadap pendidikan anak. Pengaruh inilah yang harus dimanfaatkan guru untuk mewujudkan pembelajaran daring yang efektif. Orang tua perlu dilibatkan ketika kegiatan pembelajaran daring.

"Tidak menutup kemungkinan proses pembelajaran bisa dilaksanakan siswa dari tempatnya bekerja membantu orang tua. Sehingga, penerapan pembelajaran bukannya lagi belajar dari rumah tetapi belajar dimana-mana. Konsep seperti ini perlu ditanamkan kepada orang tua," tutup cik gu yang juga penulis itu.***