JAKARTA -- Provos TNI Angkatan Udara (AU) menangkap anggota polisi yang betugas di Polres Biak, Bripka Haile, karena hendak membawa banyak amunisi secara ilegal ke Puncak Jaya, Papua.

Dikutip dari detik.com, Bripka Haile kini dia ditahan di Polres Biak untuk menjalani proses disiplin.

''Memang betul itu anggota dari (Polres) Biak, dia mau penugasan pindah ke Intan Jaya. Dia memang tertangkap membawa barang-barang (amunisi senpi) itu oleh Provos AU (Angkatan Udara),'' kata Wakapolda Papua Brigjen Eko Rudi Sudarto kepada detikcom, Senin (19/4/2021).

Eko mengatakan awalnya Bripka Haile diminta tetap di pos AU, Bandara Douw Aturure, Nabire. Namun, oknum polisi itu malah tetap melakukan perjalanan dengan menaiki pesawat.

''Melanggarnya lagi, dia disuruh standby malah tetap terbang. Akhirnya pesawat disuruh turun, turun lagi ke Nabire,'' ujar Eko.

Eko mengatakan Bripka Haile membawa amunisi senpi tanpa dilengkapi dokumen perizinan. ''Kami lakukan tindakan disiplin karena tidak patuh pada norma. Normanya kan kalau bawa senjata, amunisi harus ada aturan ketentuan yang dia harus ikuti. Dia ditahan di Provos Nabire,'' tegas Eko.

Dituturkan Eko, pihaknya juga mendalami asal muasal amunisi senpi yang dimiliki Bripha Haile. Pasalnya, amunisi tersebut bukan berasal dari Polres Biak.

''Kalau dia orang logistik yang diperintah satuannya untuk membawa senjata dan amunisi, ya boleh saja dia bawa. Tapi ini dia bukan orang logistik. Ini dia bawa amunisinya sendiri yang tidak tahu dapat dari mana. Pertanyaan akhirnya banyak, pertanyaan itu yang akan diselesaikan Propam Polda,'' ungkap Eko.

''Dalam perspektif praduga tak bersalah, dia melanggar aturan legal formal karena anggota hanya boleh bawa (amunisi senpi) kalau ada surat kepemilikan senjata, peluru juga ada pembatasan, tidak boleh bawa di atas 12 peluru kalo penerbangan pesawat,'' imbuh Eko.

Ditanyai soal kemungkinan amunisi senpi ilegal itu diperuntukkan kelompok kriminal bersenjata (KBB), Eko menuturkan kemungkinan itu ada. Namun tak tertutup kemungkinan juga oknum polisi tersebut membawa banyak amunisi senpi untuk mempersenjatai diri karena menyadari dirinya akan bertugas di daerah rawan.

''Possibility (amunisi senpi untuk KKB, red) selalu ada, tetapi yang kami pahami sementara masuk di rasionya dia karena itu daerah (Intan Jaya) selalu berkecamuk, dia persiapkan senjata itu untuk dirinya sendiri yang pelurunya banyak,'' tutur Eko.***