CIMAHI - Adanya Gerakan Takfiriah, adalah permasalahan paling serius dan membahayakan bagi bangsa Arab dan dunia Islam termasuk di negara Indonesia.

Hal ini diungkapkan Direktur The Islah Centre, sekaligus Pengamat Terorisme, Mujahidin Nur pada saat menjadi pembicara dalam bedah buku "Bahaya Mengkafirkan Sesama Muslim" di gedung dakwah Lt II Komplek Masjid Agung Kota Cimahi, Minggu (23/8/2018) kemarin.

"Gerakan inilah yang menjadi rahim lahirnya perpecahan, saling fitnah, kekerasan dan melegitimasi terjadinya pembunuhan atau pemboman pada sesama muslim," ujarnya.

Mujahidin Nur juga menyampaikan, gerakan mengkafirkan sesama muslim bukan semata permasalahan akidah. Namun gerakan takfiriah yang berkembang belakangan di dunia Islam termasuk di Indonesia harus dilihat sebagai bentuk peperangan nir militer yang digerakkan oleh negara tertentu untuk melemahkan dunia Islam termasuk Indonesia.

"Gerakan ini, di berbagai negara telah terbukti efektif mampu menciptakan kehancuran, saling fitnah, saling benci dan saling bunuh sesama muslim," paparnya.

Selain gerakan takfiriah beberapa contoh peperangan nir militer lain yang dihadapi Indonesia menurut Mujahidin adalah gerakan separatisme. Seperti RMS di Maluku, Organisasi Papua Merdeka. "Organisasi ini adalah peperangan nir militer yang dimainkan oleh negara negara yang berusaha menghancurkan kedaulatan dan keutuhan NKRI," tandasnya.

Peperangan nir militer ini kata dia, juga bisa berbentuk penyelundupan narkoba sebagai alat untuk melumpuhkan kekuatan sebuah bangsa.

"Karenanya negara harus tegas dalam memberantas para pelakunya termasuk kekuatan yang melindungi jaringan ini," paparnya.

Alhasil, perang moderen dalam bentuk non militer memiliki dampak yang tak kalah bahaya dengan perang militer. Bahkan kata dia, negara bisa runtuh tanpa disadari oleh penduduk dan pemerintahannya karena peperangaj nir militer ini. "Sayangnya, pemerintah belum memberikan perhatian serius terhadap bahaya perang moderen non militer," tandasnya.

Sementara itu, pembicara lainnya yakni Yahya Nuryadi, LC, MA, mengajak agar umat Islam harus sangat berhati hati sekali dalam mengkafirkan sesama muslim.

"Mengkafirkan sesama muslim dapat memecah belah umat Islam, pelakunya terkena hukuman dosa besar dan menjadi alat adu domba pihak lain," urainya.

Sementara Drs Otong Solahudin, Ketua DKM Masjid Cimahi menjelaskan, dunia saat ini menghadapi era baru dimana setiap orang dapat mengakses informasi dengan tidak pernah melakukan tabayyun (klarifikasi) terlebih dahulu.

"Sehingga ada sekelompok umat Islam yang mudah mengkafirkan sesama muslim," pungkasnya. ***