LAGOS – Sebelum ajal berpantang mati. Pepatah ini dibuktikan oleh Harrison Okene. Pria yang bekerja sebagai juru masak di kapal tugboat ini masih hidup meski terjebak di dasar samudera Atlantik selama 60 jam atau 2,5 hari.

Dikutip dari detik.com yang melansir 9News, Okene menceritakan, pada 26 Mei 2013, saat berusia 20 tahun, dirinya berada dalam kapal Jascon-4, kapal tugboat yang biasa bertugas menarik kapal tanker Chevron yang bermuatan minyak di pesisir pantai Nigeria.

Hari itu cuaca sangat buruk. Hujan deras turun tanpa henti, disertai dengan gelombang besar di lautan. Dihajar gelombang tinggi bertubi-tubi, kapal Jascon-4 akhirnya limbung juga.

Pada pukul 05.00 pagi waktu setempat, kapal itu terbalik dan mulai tenggelam. Air laut masuk membanjiri kapal. Saat bencana itu terjadi, Okene baru saja bangun tidur dan sedang berada di toilet.

''Hari itu cuaca buruk sekali. Kami sudah berlayar bertahun-tahun. Kami tahu lautan dan tidak pernah menghadapi masalah sebelumnya. Sebelum kami tahu, kami sudah tenggelam,'' kisah Okene kepada 9News, dikutip Kamis (11/8/2022).

Okene tidak bisa kabur. Beberapa pintu kapal sengaja dikunci mati untuk menghindari serangan perompak. Okene berlari menuju ke kabin kru kapal, tapi terhalang air yang makin meninggi. Dia akhirnya bertahan di area toilet

Keajaiban muncul. Kantong udara terbentuk di ruangan kapal dimana Okene memilih untuk bertahan. Okene pun bisa bernafas, meski seisi kapal sudah tenggelam ke dalam lautan.

''Di dalam lautan, air sangat-sangat dingin. Saya berjuang untuk tetap hidup. Saya membayangkan, berapa lama kantong udara ini bisa menyelamatkan saya. Saya berdoa banyak sekali. Saya memikirkan keluarga dan istri saya. Apa yang akan terjadi nanti,'' kata Okene.

Selama di dalam kapal, Okene mendengar suara-suara mengerikan seperti gigitan ikan yang sedang makan sesuatu. Okene tidak tahu itu hiu atau bukan karena di dalam lautan gelap gulita.

Setelah 60 Jam berlalu, Okene tiba-tiba mendengar suara ketukan. Makin lama ketukan itu makin sering. Kemudian dia melihat nyala terang lampu senter.

Lampu senter yang dilihat Okene itu rupanya milik penyelam dari Afrika Selatan, Nico van Heerden. Nico bersama tim penyelamat dari DCN dikirim oleh Chevron untuk mencari korban dari kapal Jascon-4 yang tenggelam.

Mereka sudah menemukan 10 mayat, namun yang ke-11 belum ditemukan. Ternyata korban ke-11 adalah Okene, yang ternyata masih hidup.

''Ketika dia datang, saya langsung menangis. Dia tidak tahu apa yang saya pikirkan. Saya sudah pasrah, apakah akan hidup atau mati, tidak masalah. Saya sudah siap mati, tapi Tuhan mendengar doa saya,'' ujar Okene.

Alex Gibbs, teknisi selam yang membantu proses penyelamatan itu mengingat misi mencari Okene sebagai misi yang sulit dan panjang.

''Saya terkejut dan juga senang. Sungguh sangat tidak terduga, setelah 3 hari pencarian dan semua mayat sudah terangkat. Tidak ada yang menyangka ada yang masih hidup. Tapi ada banyak kekhawatiran,'' ujar Gibbs.

Okene terjebak di kedalaman 30 meter di dasar samudera. Dia membutuhkan waktu pemberhentian untuk mencegah penyakit dekompresi. Yang lebih parah lagi, Okene sama sekali tidak pernah menyelam sebelumnya.

''Berlawanan dengan apa yang dipercayai orang, jika kamu terjebak dalam ruangan, kamu tidak akan mati kekurangan oksigen. Kamu akan mati karena menghirup udara yang kamu keluarkan sendiri karena itu mengandung CO2,'' terang Gibbs.

Teknisi pun berpikir keras bagaimana caranya mengangkat Okene ke permukaan air. Mereka akhirnya mengganti isi tabung Okene dengan campuran gas Helium dan Oksigen, yang mana itu bukan praktik yang lazim di dunia diving. Campuran gas itu untuk mencegah Okene mengalami hypercapnia.

Kini Jadi Diver Profesional

Meski tidak pernah menyelam sebelumnya, Okene rupanya punya bakat menyelam. Setelah dipakaikan baju dan alat selam, entah bagaimana caranya Okene berhasil muncul ke permukaan dan dievakuasi dari dasar lautan.

Setelah sampai di daratan, dia langsung dimasukkan ke dalam alat yang disebut diving bell yang diberi tekanan, lalu dikunci di dalam bilik dekompresi selama beberapa hari. Gibbs terus memantau kondisi Okene. Dia bertindak juga sebagai perawat Okene

Setelah 3 hari, Okene sudah berhasil melewati dekompresi dan diizinkan keluar.

Sembilan tahun berselang, Gibbs tidak pernah lagi menjalani misi penyelamatan seperti yang dilakukan kepada Okene.

''Fakta bahwa dia masih hidup, menemukan kantong udara dan mampu bertahan di sana selama 3 hari di tempat dimana seharusnya kamu pakai kapal selam adalah kejadian yang ajaib. Terlalu banyak kebetulan yang membuat ini bisa terjadi,'' kata Gibbs.

Bulan lalu, Okene dan Gibbs bereuni dalam sebuah pekerjaan yang sangat tidak disangka-sangka. Gibbs dan Okene bekerja sama sebagai sesama penyelam profesional. Padahal dulu Gibbs adalah penyelamat, sedangkan Okene adalah korban.

Semenjak kejadian itu, Okene jadi suka diving. Dia beralih profesi dari juru masak menjadi seorang penyelam profesional. Saat ini, Okene memegang lisensi diving komersial IMCA tingkat II. Okene bisa menyelam hingga kedalaman 50 meter.

''Saya menyukai diving. Itu sangat menyenangkan. Saya percaya, lautan adalah dunia saya. Saya merasa lebih nyaman dan rileks di sini. Saya suka lingkungannya,'' ucap Okene.

Okene punya satu pesan penting untuk traveler semua tentang rasa takut.

''Rasa takut itu bisa membunuhmu. Saya buang rasa takut itu dan percaya, 'Apa yang akan terjadi, maka terjadilah'. Percaya pada dirimu sendiri dan jaga kepercayaan diri dan pikiranmu agar tetap kuat,'' pungkasnya.***