Dalam kesempatan pengajian KWPSI dengan tema "Fiqh Ramadhan" yang turut disiarkan langsung RRI Banda Aceh ini, Ustaz Masrul Aidi juga menyerukan pentingnya persatuan umat tetap terjaga dalam mengawali puasa serta persatuan dalam berbagai ibadah di malam hari Ramadhan seperti shalat terawih.
"Intinya, perbedaan dalam pelaksanaan ibadah sunat shalat terawih itu, jangan sampai menimbulkan perpecahan umat. Persatuan harus tetap diutamakan. Jika perlu dalam satu masjid itu bisa melaksanakan shalat terawih baik yang 8 mupun 20 rakaat itu secara bersamaan. Begitu yang 8 rakaat selesai, yang 20 terus lanjut sampai akhir," jelasnya seraya berharap berapapun jumlah rakaat terawih harus terakomodir dalam satu masjid.
Dalam pelaksanaan shalat terawih ini, Ustaz Masrul Aidi juga menyarankan jangan sampai dikerjakan secara terburu-buru, ingin cepat selesai dan mengejar waktu tanpa adanya jeda.
"Kerjakan shalat terawih ini dengan santai, dengan waktu cukup tersedia. Tidak terburu-buru sehingga membuat ibadah tidak nyaman, sehingga tujuan ibadah itu tidak tercapai karenanya tanpa adanya keikhlasan, dan unsur keterpaksaan lebih dominan," kata Masrul Aidi.
Selain itu, lanjutnya, menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah qiyamul lail juga sangat dianjurkan pada tengah-tengah malam mulai pukul 23.00 Wib ke atas hingga menjelang waktu sahur.
"Inilah waktu-waktu utama ibadah qiyamul lail pada saat menjelang tengah malam seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Bisa dilakukan di rumah atau di masjid-masjid dengan terawih, tahajjud, witir dan membaca Alquran," terangnya.
Jangan sampai justru yang diutamakan adalah shalat terawih cepat-cepat usai shalat Isya, lalu selesai dan sibuk dengan urusan dunia, tanpa menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan qiyamul lail saat tengah malam.
"Ini tidak cerdas namanya, ingin mengejar cepat-cepat selesai, lalu pada waktu prime time qiyamul lail dalam pandangan Allah di tengah malam, kita justru sibuk dan lalai dengan urusan dunia atau bahkan tidur saat waktu utama ini," tegasnya.