PEKANBARU - Mahalnya harga tiket pesawat domestik, telah membuat perubahan yang signifikan terhadap tren saat ini. Seperti saat Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah lalu, masyarakat banyak yang beralih menggunakan layanan transportasi darat dan air, daripada menggunakan angkutan udara tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh Association of Indonesia Tour and Travel Agencies (Asita) Provinsi Riau, penggunaan transportasi udara tersebut pada saat mudik lebaran mengalami penurunan sebanyak 57 persen, dan arus balik sebesar 21 persen. Sedangkan angkutan darat dan air naik dengan rata-rata di atas 50 persen dari tahun sebelumnya.

Hal ini dibenarkan oleh Ketua Asita Provinsi Riau, Dede Firmansyah. Ia menuturkan, selama puncak arus mudik dan balik, masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi air dan darat.

"Masyarakat mulai beralih dari angkutan udara ke transportasi air maupun darat. Mengingat, harga tiket pesawat yang sejak Desember 2018 lalu tidak turun-turun," tutur Dede, Minggu (16/6/2019).

Menurutnya, kondisi ini merupakan puncak dari dominasi bisnis yang tidak sehat pada angkutan udara. Dikatakan Dede, ada monopoli harga yang dilakukan pihak tertentu dengan menerapkan harga batas atas.

"Hal ini tentu tidak sehat dan memberatkan masyarakat," kata pria yang gemar berkuda ini.

Untuk itu, Dede mengatakan bahwa Asita saat ini sedang berupaya mencari solusi secara bisnis agar harga tiket kembali normal. Di antaranya dengan melibatkan maskapai lain yang harganya masih dalam batas normal.

"Saya sudah berkoordinasi dengan Asita Pusat agar bisa membuka rute domestik seperti Jakarta ke beberapa kota di Indonesia," jelas Dede.

Dengan adanya pilihan baru, harga tiket akan bersaing dan kembali menjadi normal. "Kita ingin harga tiket bisa kembali normal untuk menghidupkan kembali sektor-sektor usaha," tutupnya.***