MINNESOTA - Di negara-negara yang komunitas Muslimnya minoritas, termasuk di Amerika Serikat, azan (panggilan menunaikan shalat fardhu) tidak dibolehkan menggunakan pengeras suara.

Namun peristiwa tak lazim yang menggetarkan kalbu umat Islam baru saja terjadi di kota Minnesota, Amerika Serikat. Seperti dikutip dari Okezone.com yang melansir dari Aljazeera, Ahad (26/4/2020), pada Kamis 23 April 2020, azan dikumandangkan menggunakan pengeras suara di masjid kota Minnesota, malam waktu setempat. Ini untuk pertama kalinya di seluruh lingkungan Minneapolis, azan dikumandangkan menggunakan pengeras suara. Kalimat suci panggilan menunaikan shalat itu dikumandangkan di Minnesota untuk menyambut masuknya bulan suci Ramadhan.

Kumandang azan kemudian kembali menggema pada Jumat pagi, dan akan berlanjut selama lima kali sehari sebagai tanda seruan shalat fardhu lima waktu selama bulan Ramadhan ini.

Diungkapkan oleh para anggota komunitas setempat, kumandang azan tersebut menandai momen bersejarah bagi kota Minneapolis dan kota-kota besar di seluruh Amerika Serikat. Mengingat bagi banyak umat Muslim di Amerika, azan hanya terdengar di dalam masjid atau pusat-pusat komunitas.

Momen berkumandang dan menggemanya azan ke seluruh penjuru kota ini, disebutkan oleh Imam masjid Dar al-Hijrah (masjid yang mengumandangkan adzan), Abdisalam Adam, bagi sebagian orang menjadi suatu peristiwa bersejarah.

''Pasti ada banyak kegembiraan. Beberapa orang melihatnya sebagai momen yang bersejarah, mereka dapat melihatnya dalam hidup mereka,'' ujar Imam Abdisalam Adam.

Disebutkan lebih lanjut, menurut keterangan dari Jaylani Hussein, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Minnesota, seruan azan dikumandangkan oleh perwakilan yang berbeda dari masjid-masjid di sekitar kota. Kumandang azan ini diharapkan bisa mencapai ribuan umat Muslim yang ada di lingkungan wilayah Cedar-Riverside di Minneapolis.

Dengan berkumandangnya azan di sekitar kota, Jaylani menambahkan semoga azan ini bisa sekaligus menjadi penenang bagi umat Muslim setempat, khususnya para jamaah yang terbiasa beribadah ke masjid di tengah pandemi virus corona.

''Kami ingin menyentuh orang-orang yang sering mengunjungi masjid dan komunitas ini. Jika kita tidak dapat bersama secara fisik, setidaknya melalui gema suara azan ini dapat menjadi pemersatu kita untuk bersama-sama di masa sulit ini,'' kata Hussein.

Sementara Imam Abdisalam Adam mengatakan di tengah rasa kehilangan momen bulan Ramadan karena pandemi Covid-19 yang menjadikan penutupan masjid dan tidak adanya shlat berjamaah, ia berharap kumandang azan ini bisa setidaknya memberikan esensi kemiripan, situasi normal pada umat Muslim setempat.

''Dengan tidak adanya shalat berjamaah lima waktu dan shalat Jumat berjamaah, kami berharap ini akan memberi rasa penghiburan dan koneksi dengan kebutuhan spiritual anggota masyarakat,'' pungkas Imam Abdisalam Adam.***