PEKANBARU - Belasan sekat kanal yang dibangun Badan Restorasi Gambut (BRG) di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terbukti dapat meningkatkan tingkat produksi sagu masyarakat yang ada di sana.

Kepala BRG, Nazir Foead mengatakan, bahwa BRG telah membangun sebelas sekat kanal dan satu sekat kanal dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di desa percontohan pengelolaan gambut tersebut. Yang mana, selama ada sekat kanal di sana, kebutuhan air untuk membasahi gambut tetap tersedia. Sehingga, meskipun sudah tiga bulan tidak ada hujan di musim kemarau, kelembaban lahan di Desa Sungai Tohor masih terjaga dari resiko kebakaran.

"Dengan adanya sekat kanal, tingkat kelembaban tanah di sini naik. Sehingga kebakaran dapat dicegah. Dan pohon sagu itu semakin gambutnya basah, semakin bisa tumbuh subur sagunya. Kalau semakin banyak tualnya, tentu income mereka juga bertambah," kata Nazir Foead saat meninjau ke lokasi sekat kanal di Desa Sungai Tohor, Jumat (2/8/2019).

Langkah kedepannya, kata Nazir, pihaknya akan kembali meneruskan pendekatan pencegahan karhutla melalui pemberdayaan pengelolaan gambut kepada masyarakat dengan cara yang seperti ini.

"Bahkan sekat kanal yang sekarang akan kita upayakan jadi sekat permanen dibeton. Kami juga akan membantu masyarakat untuk membudiayakan perikanan dan pertanian di daerah sekat kanal tersebut," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo juga mengatakan hal yang serupa. Di mana, Doni sempat berdialog dengan petani sagu setempat yang mengatakan produksi sagu di wilayah mereka bisa meningkat dari biasanya sejak ada sekat kanal, yakni dari enam tual sagu menjadi delapan tual per batangnya.

"Rata-rata masyarakat di sini memiliki dua hektare lahan yang isinya sagu. Setiap tahun memanen 80 batang, dari satu batangnya bisa untung antara Rp500 ribu hingga Rp600 ribu. Setiap hektarenya, mereka akan menghasilkan Rp50 juta. Kalau ini bisa dioptimalkan di tempat lain, manfaat perekonomiannya luar biasa," ulas Doni didampingi Gubernur Riau, Syamsuar.

Ia pun antusias untuk menyebarluaskan keberhasilan pengelolaan gambut ini dalam menekan angka karhutla dan meningkatkan perekonomian masyarakat ke wilayah lain.

"Kita akan buat tim dari KLHK, Kementerian Pertanian, BRG, pemerintah provinsi dan lainnya agar program ini dapat diperbanyak ke daerah lain. Supaya mindset masyarakat yang selama ini selalu melakukan pembakaran lahan dapat diubah," tukas Doni.

Sementara itu, salah seorang anggota pokmas peduli kampung, Syarifuddin, membenarkan, bahwa Desa Sungai Tohor tidak pernah lagi mengalami kebakaran lahan sejak masyarakatnya sudah diajarkan tentang pembasahan gambut melalui sekat kanal BRG.

"Terakhir kebakaran hebat itu di tahun 2014. Sekarang Alhamdulillah tidak pernah lagi ada kebakaran lahan sejak ada sekat kanal," ujarnya.

Di samping itu, ia juga ingin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada BRG yang telah memberikan bantuan mesin penggilingan sagu kepada tiga pokmas yang ada di Sungai Tohor pada tahun 2017 lalu. Bantuan ini pun dirasa sangat memudahkan masyarakat dalam memproduksi sagu. Sebab, sebelum mendapat bantuan dari BRG, mereka hanya menggiling sagu dengan mesin dompeng yang cepat rusak.

"Kami sangat berterima kasih karena sejak BRG masuk ke sini, perekonomian di desa ini menjadi lebih baik. Apa lagi kami juga dibantu mesin penggilingan. Alhamdulilah dibantu tiga unit mesin penggilingan, kami berharap dapat tambahan lagi. Di sini ada 15 kilang yang belum tersentuh, semoga ini dapat menjadi perhatian," tuturnya. ***