SELATPANJANG - Hingga pekan kedua April 2017, PT National Sago Prima (NSP) belum bisa menyerahkan tanaman kehidupan ke desa-desa di Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti. Sebab, sebelum menerima tanaman kehidupan itu, pihak desa melalui kecamatan harus menyiapkan beberapa syarat (administrasi).

Humas PT NSP Setyo Budi Utomo mengatakan bahwa perusahaan sudah menyiapkan atau sudah membangun tanaman kehidupan sagu seluas 325 hektar. Tanaman kehidupan itu tersebar di empat desa yaitu, Kepau Baru, Teluk Buntal, Lukun dan Batin Suir. Umur tanaman kehidupan sagu tersebut bervariasi, mulai dari 18 bulan, 2 tahun hingga 4 tahun.

"Tanaman kehidupan itu akan diserahkan ke 10 desa dan 1 kecamatan di Tebingtinggi Timur, dibagi rata. Ini adalah penyerahan tahap satu," kata Budi, Senin (8/5/2017).

Namun, kata Budi lagi, sebelum menyerahkan tanaman kehidupan tersebut, diperlukan beberapa syarat. Diantaranya, Akta Pendirian BUMDes/ koperasi, NPWP BUMDes/ koperasi dan foto copy KTP ketua BUMDes/ koperasi. Berkas itu nantinya diperlukan untuk perjanjian sebagai legal formal penyerahan tanaman kehidupan.

Untuk kelengkapan administrasi perjanjian tanaman kehidupan yang dibutuhkan, PT NSP sudah menyurati pihak Kecamatan Tebingtinggi Timur. Namun berkas tersebut belum diterima sehingga penyerahan tanaman kehidupan juga belum bisa dilakukan.

"Tanaman kehidupan segera diserahkan setelah berkas yang dimaksud kami terima. PT NSP tidak berbohong dan tetap berkomitmen terhadap pembangunan tanaman kehidupan," ujar Budi.

Harusnya Tanaman Kehidupan PT NSP 1.100 Ha

PT NSP yang sudah ada pada tahun 2009 sejak mengakuisisi perusahaan lama PT National timber and Forest Product itu seharusnya menyiapkan 5 persen dari lahan konsesi untuk dijadikan tanaman kehidupan. Menurut Budi, luas konsesi PT NSP adalah 21.418 Ha, namun yang ditanami sagu kurang lebih 13.000 Ha.

Jadi, 5 persen dari total konsesi adalah lebih kurang 1.100 hektar. Namun, tanaman kehidupan yang baru disiapkan adalah 325 Ha.

"PT NSP akan menyiapkan tanaman kehidupan secara bertahap. Harapan kami tetap mengupayakan bagaimana pembangunan tanaman kehidupan bisa tuntas dengan memperhatikan juga kondisi perusahaan," ujar Budi. ***