BOGOR - Sungguh miris nasib para petugas medis di Puskesmas Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Mereka menggunakan jas hujan yang terbuat dari plastik kresek sebagai pelindung diri saat menangani orang dalam pemantauan (OPD) dan pasien dalam pengawasan (PDP) terkait virus Corona.

Dikutip dari Merdeka.com, para petugas medis itu terpaksa menggunakan jas hujan seharga sekitar Rp10 ribu itu, karena di Puskemas tempat mereka bekerja tidak tersedia alat pelindung diri (APD) yang standar.

Atih Djuarsih, salah seorang petugas Puskesmas Leuwiliang, mengatakan, saat ini Puskesmas Leuwiliang menangani 12 ODP dan 2 PDP.

''Yang ODP dan PDP ini rata-rata baru pulang dari Arab. Ada juga yang kontak dengan dosen di Jepang, ada juga pegawai Kementerian Perhubungan,'' kata dia, Senin (23/3).

Pihak Puskesmas lebih berhati-hati menyeleksi orang yang akan masuk, dengan mengharuskan menjalni pengukuran suhu tubuh dan menggunakan hand sanitizer.

''Kalau ada keluhan flu, batuk dan demam kami pisahkan di ruangan yang sudah disiapkan. Kalau tidak, ya bisa masuk ke ruangan pemeriksaan biasa,'' katanya.

Diakuinya, setiap petugas seharusnya dilengkapi APD. Namun, mereka terpaksa mengenakan jas hujan plastik karena ketiadaan APD yang sesuai standar.

''Kami kan harus safety. APD-nya tidak ada. Pakai jas hujan yang penting petugas tidak kontak dengan kulit orang lain atau percikan dan segala macam,'' katanya.

Direktur Utama RSUD Leuwiliang, drg Hesti Iswandari, menuturkan, penggunaan jas hujan kresek sebagai APD 'darurat' sangat tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak mampu melindungi diri tenaga medis.

''Karena kan itu tidak rapat. Lehernya masih terbuka. Tangannya juga. Itu memang ada di Puskesmas Leuwiliang. Tapi kita memang untuk APD tidak ada. Uangnya ada, tapi barangnya yang tidak ada,'' kata Hesti.

Penggunaan jas hujan kresek sebagai APD tidak bisa dibenarkan untuk alasan apapun. Meskipun jas hujan itu hanya untuk sekali pakai. Karena ini berkaitan dengan kesehatan tenaga medis.

''Walaupun sekali pakai. Kan yang APD sesuai standar yang seperti astronot itu juga cuma sekali pakai,'' kata dia.

Keterbatasan APD juga diakui oleh Bupati Bogor, Ade Yasin. ''Bukan cuma Kabupaten Bogor, tapi di seluruh Indonesia APDnya terbatas. Informasinya akan ada bantuan APD. Kalau sudah ada kita akan langsung bagikan,'' katanya.

Sementara Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto meminta Bupati Bogor menggalang UMKM untuk membuat APD. Meski pada akhirnya tidak sesuai standar kesehatan, namun itu cukup jika untuk digunakan sekali pakai.

''Kan konveksi di Kabupaten Bogor ini banyak. Bisa digalang. Bikin lah yang rapat pakaiannya. Jangan jas hujan kresek. Petugas kesehatan kan garda terdepan dalam penanganan Covid-19 ini. Kalau butuh anggaran kami siap menyetujui. Geser dulu anggaran yang ada,'' tegasnya. ***