SELATPANJANG - Kegigihan Sanggar Kepurun Desa Alai Selatan, Tebingtinggi Barat, Kepulauan Meranti, Riau, patut diacungi jempol. Dengan kondisi serba keterbatasan, sanggar yang dipimpin Saiful Rizan itu tetap produktif.

Belum lama ini, Sanggar Kepurun kembali merilis film kedua setelah sebelumnya sukses dengan Film Bakung di Tepi Tasik. Film kedua untuk ditonton secara umum diberi judul 'Aral'.

Rencananya, film itu di putar di lapangan Kantor Camat Tebingtinggi Barat, Rabu (11/10/2017) malam. "Ini film kedua yang kami bentang," kata Saiful Rizan kepada GoRiau, Selasa (10/10/2017).

Ditambahkan Topoy, panggilan akrab Saiful Rizan, film ini masih mengangkat tema hutan (pelestarian hutan). Dalam film diceritakan ada sekelompok pemuda membantu pemerintah desa (Pemdes) memadam kebakaran.

Usaha pemuda itu tak berjalan mulus karena ada sekelompok orang serakah yang ingin menguasai hutan ulayat membuat fitnah. Fitnah itu pula menjadi awal permasalahan sehingga apa yang dilakukan pemuda menemui rintangan atau disebut 'Aral'.

"Kawan-kawan masih sepakat mengangkat tema hutan. Makanya kita garap film tentang pelestarian hutan," ujar Topoy.

Sebelum dibentang untuk khalayak ramai, film produksi Sanggar Kepurun terlebih dahulu disaksikan petinggi LAMR Kepulauan Meranti. Seperti biasa LAMR akan melihat tata bahasa dan pesan yang disampaikan di dalam film sebelum film itu disaksikan masyarakat luas.

"Saat pemutaran untuk umum, ada video tanggapan dari Ketua LAMR Kepulauan Meranti Pak Muzamil dan Film Dokumenter Bah Jamel," beber Topoy.

Di tempat terpisah, Ketua LAMR Kepulauan Meranti Muzamil mengapresiasi Film Aral produksi Sanggar Kepurun. Kata Muzamil, di film tersebut sarat dengan pesan moral yang menyangkut tentang lingkungan, pendidikan, dan kesehatan.

"Pentingnya kerjasama dan kekompakan juga menjadi tema yg diangkat di film tersebut. Sangat menghibur dan dramatis," kata Muzamil.

Muzamil juga mendorong pihak-pihak terkait agar film kedua produksi Sanggar Kepurun bisa diputar di Taman Cikpuan Selatpanjang.

Butuh Dukungan Dana

Berbicara masalah dana atau biaya produksi dan peralatan syuting, Sanggar Kepurun masih terbilang belum stabil. Untuk menyelesaikan satu film saja Saiful Rizan dan kawan-kawan harus memutar otak (mencari donatur). Berkali-kali pula syuting dipending menjelang dapat suntikan dana dari pihak yang belum pasti dimana rimbanya.

"Ada donatur yang sifatnya tak mengikat namun jauh dari kata memadai. Sekitar 50 persen biaya produksi ditanggung sendiri, 50 persen lainnya dari donatur," kata Topoy yang menyebutkan produksi film itu Sendirian Berhad.

Untuk itu, diakui Topoy lagi, mereka membuka diri dan sangat siap andai ada donatur atau produser film di tingkat nasional yang mau bekerjasama. Tentu garapan film juga lebih luas dan melibatkan banyak pelaku seni se Kepulauan Meranti.

"Kita siap memproduksi film dalam skala besar dengan mengajak pelaku seni di Kepulauan Meranti. Target kita film ini bisa diputar di Idrus Tintin," katanya di akhir bincang-bincang. ***