PEKANBARU - Generasi milenial di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau menciptakan dan memproduksi pupuk organik cair (POC), dengan memanfaatkan limbah industri tahu dan Bonggol pisang. Pupuk yang telah berlabel 'HEPARGO' ini digagas Willi Heriko bersama Cahaya, dan telah didistribusikan ke kelompok tani serta rumah tangga di Kabupaten Kuantan Singingi.

"Ide ini dari skripsi kita semasa kuliah, setelah lulus kita aplikasikan di kebun orangtua dan tetangga. Ternyata manfaatnya sangat baik bagi hasil pertanian. Maka itu, kita coba produksi lebih banyak untuk dijual, mendapatkan perizinan pada Januari 2020 dan bulan Februari kita produksi massal dengan kemasan," ujar Willy, Sabtu (4/7/2020).

Willy menjelaskan, POC 'HEPARGO' produksinya telah menjalani penelitian dan pengujian kandungan unsur hara di Laboratorium Dinas Pertanian Provinsi Riau dan Laboratorium Universitas Andalas, Provinsi Sumatera Barat. POC 'HEPARGO' diklaim mampu menggantikan produk kimia, dalam menyediakan kebutuhan unsur hara tanaman agar tumbuh subur dan menjadi panganan sehat.

"Produk ini dapat meningkatkan produksi pertanian di bidang hortikultura. Penggunaannya juga dapat dilakukan di skala rumah tangga, untuk mendapatkan tanaman atau sayuran yang sehat," terang Willy yang merupakan alumnus Universitas Islam Kuantan Sengingi (UNIKS), Provinsi Riau dan rekannya Cahaya.

Ditempat terpisah, seorang petani muda yang telah menggunakan POC 'HEPARGO' ini mengatakan, ada perbedaan antara hasil pertanian menggunakan pupuk organik dengan pupuk kimia. Ia pun mengakui kualitas pupuk organik dua pemuda milenial tersebut.

"Kebun kami beberapa waktu terakhir menggunakan POC, hasilnya tanaman bayam dan kangkung memiliki daun yang lebih lebar dan batangnya lebih lembut. Kalau rasanya mungkin sama saja, tetapi jelas sayurannya akan lebih sehat tanpa residu bahan kimia dari pupuk atau pestisida kimia," ungkapnya.

Sementara itu, lahirnya POC 'HEPARGO' ini ternyata mendapat apresiasi dari Ketua Program Studi Agroteknologi UNIKS, Deno Okalia, MSi. Ia berharap akan lebih banyak generasi muda dan alumni akademis yang mampu mengaplikasikan ilmunya di masyarakat seperti Willy dan Cahaya.

"Kita sangat bangga ada alumni yang mampu mengaplikasikan ilmu-ilmunya setelah lulus di perguruan tinggi, terlebih produk yang dibuat tersebut adalah rumpun dari ilmu pertanian terpadu yang merupakan kompetensi ilmu yang telah dipelajarinya selama di kampus. Hasil karya ini bukan hanya mampu mendongkrak produktivitas pertanian, namun mampu memacu prestasi alumni dan mahasiswa yang punya kreatifitas tinggi," ujarnya.***