PEKANBARU - Sejak tiga tahun terakhir, Kunni Masrohanti, seniman, budayawan, aktivis lingkungan dan juga seorang jurnalis, telah menggagas Literasi Konservasi. Dia juga telah melaksanakan program ini bersama Komunitas Seni Rumah Sunting yang ia dirikan sembilan tahun lalu.

Pada 9-11 April kemarin, Kunni bersama Rumah Sunting kembali menggelar Literasi Konservasi. Kali ini di Desa Cipang Kanan, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rohul. Desa yang berada di perbatasan Riau-Sumbar.

'Cipang, Aku Pulang' adalah tema yang dipilih dalam Literasi Konservasi kali ini. Kata Kunni, tema ini menyesuaikan dengan lokasi dan keinginan besar Kepala Desa Cipang Kanan yang ingin menjadikan desanya sebagai Desa Budaya dan Ekowisata.

''Cipang Kanan merupakan salah satu desa yang berada di kawasan Cipang Raya. Selain Cipang Kanan ada desa Tibawan, Cipang Kiri Hilir dan Cipang Kiri Hulu. Cipang Kanan paling ujung, langsung berbatas dengan Sumbar, yakni Desa Rao, Pasaman Timur. Ke Cipang Kanan ini jauh. Jalan rusak, sinyal susah. Tapi alamnya indah, masyarakatnya ramah dan adat istiadatnya terjaga baik. dengan tema 'Cipang Aku Pulang', saya dan Rumah Sunting mengajak semua orang pulang ke Cipang, lihat apa yang ada di dalamnya itu,'' kata Kunni.

Kunni juga menjelaskan, Literasi Konservasi yang digagasnya adalah upaya mengajak, memahamkan tentang pentingnya menjaga alam dan merawat budaya. Dan semua itu ada di Cipang Kanan.

''Literasi bukan hanya baca tulis, tapi juga memahami dengan dalam tentang suatu ilmu pengetahuan. Kenapa saya memilih Konservasi karena ingin fokus pada alam dan budaya. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena menjaga keduanya adalah menjaga Indonesia. Bicara Indonesia, ya bicara bentang alam dan budayanya yang beragam,'' sambung kunni.

Maka, Kunni dan Rumah Sunting menggelar Literasi Konservasi dengan menghadirkan puluhan peserta dari berbagai Kabupaten di Riau, bahkan Sumbar dan luar Sumatera.

Peserta yang berasal dari berbagai komunitas dan daerah ini rata-rata penulis, penggiat sastra, wisata, budaya, guru, pelajar dan kepala sekolah. Lengkap, dari usia dini sampai usia lebih setengah baya.

Rangkaian kegiatan yang mereka ikuti yakni, diskusi Literasi Konservasi, jelajah Air Terjun Sarosah Tinggi, Panggung Konservasi, Ziarah Budaya, Sharing Sassion, penanaman pohon, penyerahan buku bacaan dan edukasi konservasi untuk anak-anak. Pada kesempatan itu, Rumah Sunting juga menyerahkan santunan untuk anak yatim yang ada di Desa Cipang Kanan.

Kunni merasa sangat bersyukur dan berterimakasih kepada seluruh keluarga besar Rumah Sunting yang semangat bersama melaksanakan kegiatan ini dari awal hingga akhir acara.

Lebih bangga lagi dengan Kepala Desa Cipang Kanan yang sangat ramah dan memfasilitasi segala keperluan peserta dan panitia selama di desa. Juga kepada pihak lain yang membantu seperti BPDASHL Inrok, selain memberikan bantuan kensaraan juga menjadi narasumber.

''Desa Cipang Kanan ini desa terluar di Riau yang berbatas langsung dengan Desa Rumbai, Kecamatan Mapat Tunggul, Sumbar. Maka, Literasi Konservasi yang kita laksanakan ini juga disaksikan masyarakat Sumbar yang ada di perbatasan. Untuk apa, untuk menguatkan cinta masyarakat kepada alam dan budayanya. Jangan sampai rusak, jangan sampai hilang. Ke Cipang Kanan ini sulit, jauh. Jalan buruk. Tapi masyarakatnya sangat antusias. Merekalah penjaga alam, pelestari budaya,'' beber Kunni.

Sementara itu, Kepala Desa Cipang Kanan, Abadi, mengaku sangat bangga dengan dilaksanakannya Literasi Konservasi di desanya.

''Kegiatan ini terlaksana bukan dengan tiba-tiba. Kamu berkomunikasi aktif dengan Bu Kunni dan kawan-kawan Rumah Sunting. Alhamdulillah mereka mau datang, membawa rombongan. Semoga Cipang Kanan bisa lebih dikenal banyak orang dan semakin maju. Yang datang ini semuanya orang hebat, kami terus belajar dan pulanglah lagi ke Cipang. Kami bersama datuk ninik mamak dan seluruh masyarakat, menanti di sini,'' kata Abadi. ***