PEKANBARU – Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof Dr H M Ali Ramdhani, mengingatkan kepada para Guru Besar yang baru saja dikukuhkan di Kampus UIN Suska Riau, untuk lebih berhati-hati kedepannya.

Dalam kata sambutannya usai melantik empat orang Guru Besar di UIN Suska Riau, Ali Ramdhani menyebutkan bahwa predikat ini adalah prestasi sekaligus beban tanggungjawab yang amat besar.

"Guru besar menjadi rujukan, ketika Guru Besar keliru, maka mahasiswa menganggap itu teori baru. Jadi, hati-hati dalam menyampaikan gagasan baru, dan opini baru," tuturnya.

Semua Guru Besar, jelas Ali, harus memiliki nilai integritas yang sangat kokoh, dan mereka harus memberikan pendidikan kepada mahasiswanya dengan sikap yang baik. "Mengajar tapi tak menghajar, dan membina tapi tak menghina," tegasnya.

Tantangan Guru Besar kedepannya, lanjut Ali, adalah memperbarui ilmu yang ada sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga, semua profesor diimbau untuk tidak pernah berhenti belajar. Karena orang terpelajar milik masa lalu, sedangkan orang yang belajar ada di setiap masa.

"Semua spesies di dunia akan punah, kecuali yang bisa beradaptasi. Dan Albert Einstein pernah berkata, bahwa orang paling pintar bukan yang bisa menghafal rumus atau yang bisa menghitung dengan cepat, tapi orang yang mampu mengikuti perkembangan zaman," tutupnya.

Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) resmi mengukuhkan empat orang dosennya sebagai Guru Besar, di Gedung Islamic Center UIN Suska, Kamis (4/8/2022).

Pengukuhan ini dilakukan langsung oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof Dr H M Ali Ramdhani, dan dihadiri Anggota Senat Kampus.

Adapun empat Guru Besar yang dikukuhkan ini diantaranya; Prof Dr Muhammad Syaifuddin, S Ag M Ag sebagai Guru Besar Bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam. Kemudian, Prof Dr H Yendraliza, S Pt MP sebagai Guru Besar Bidang ilmu Peternakan Produksi Ternak.

Selanjutnya, Prof Edi Erwan S Pt MSc Phd sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Nutrisi, Fisiologi Produksi dan Behavior Ternak Unggas, dan terakhir Prof Dr Helmiati M Ag sebagai Guru Besar Sejarah Islam Asia Tenggara. ***