TELUKKUANTAN - Warga Kuantan Singingi (Kuansing), Riau yang menjadi korban travel umrah JP Madania menyebut ada keterkaitan antara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kuansing dengan travel tersebut.

"Karena dia kami ikut. Dia yang merayu-rayu kami untuk mendaftar. Setelah bermasalah, seolah dia lepas tangan," ujar seorang korban yang enggan disebutkan namanya.

Dikatakan sumber tersebut, dirinya dan 21 korban lain sudah melaksanakan manasik umrah. Hanya tinggal berangkat saja. Tapi, pada tahun 2016 itu, mereka tak kunjung diberangkatkan. Bahkan, akhir 2017, bos JP Madania ditahan Polda Riau dan kini sudah 2018, mereka tak pernah berangkat. Uang pun lenyap.

"Kami tertarik karena biaya murah, hanya Rp21 juta ditambah yang mengajak ini ulama. Ternyata seperti ini," ujarnya. Ia menyebut, Sarpeli merupakan penyalur jamaah di Kuansing untuk JP Madania.

Mengenai hal ini, Sarpeli yang dikonfirmasi GoRiau.com, Rabu (4/4/2018), dengan tegas menyatakan dirinya juga korban JP Madania.

"Terkait posisi saya di JP Madania sama-sama jadi korban. Sebab jamaah membayar biayanya lansung ke Rekening PT JP. Madania. Bila jamaah berangkat maka saya menjadi Lider/ Muthawwif ( pembimbing)," ucap Sarpeli melalui pesan WhatsApp-nya. Ia mengaku sedang berada di Padang.

Sarpeli menerangkan bahwa JP Madania Tour & Travel mengalami masalah gagal memberangkatkan banyak jamaah, termasuk dari Kuansing. "Info yang kami dapatkan bahwa Air Asia memutuskan sepihak kerjasama dengan PT JP Madania, sehingga sejumlah uang yang sudah disetorkan menjadi hangus," katanya.

Ketika bermasalag, Sarpeli menyatakan langsung menemui pimpinan Madania bersama pembimbing lain di Riau. Namun, karena kerugian JP Madania cukup besar, sehingga tak sanggup memberangkatkan atau mengembalikan uang jamaah.

"Maka, sebagian pembimbing dan jamaah mengadukan pimpinan JP Madania ke Polda Riau dan akhirnya ditahan," ujar Sarpeli.

Selaku pembimbing, Sarpeli mengajak jamaah yang ada di Kuansing untuk rapat, membahas persoalan yang terjadi. Pada kesempatan itu, jamaah sepakat tidak mengadukan ke polisi. "Sebab, kalau mengadu, uang tak kembali."

"Sebagai bentuk beban motal saya, maka saya membantu jamaah Rp5 juta per orang untuk mengurangi kerugian. Sekarang, baru lima jamaah yang disantuni. Insya Allah, semua akan menerima," papar Sarpeli.

Adapun lima jamaah yang telah menerima santunan yakni Ngajuri, M. Rasyid, Hasnah Azhar, Zulheri dan Suryati. Dikatakan Sarpeli, korban dirinya jauh lebih banyak dari 22 jamaah tersebut.

"Bahkan, kalau semua sudah menerima, saya rugi lebih dari Rp100 juta. Yang tertulis saja Rp25 juta, belum lagi urusan bolak-balik ke Pekanbaru berulang kali tak tertulis," terangnya.

Di sisi lain, korban mengaku kecewa dengan Sarpeli yang membuka travel baru. Menanggapi hal ini, Sarpeli menyatakan bisa mengansur santunan para korban setelah bergabung travel baru. "Ini sudah saya buktikan dengan membantu lima orang jamaah."

Sebagai pembimbing yang juga bertugas mencari jamaah, Sarpeli mendapat kompensasi berupa berangkat umrah gratis dan uang fee mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta dari setiap jamaah.

"Uang itu pun sudah habis untuk mengurus jamaah," tutupnya.***