SETELAH – memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat, Yanice tidak langsung menutup seluruh auratnya dengan memakai jilbab. Pada awal pakai jilbab, Yanice pun hanya bermaksud mengikuti tren fesyen. Namun, kemudian Allah SWT 'memaksanya' agar selalu mengenakan jilbab. Begini kisahnya.

Dikutip dari Okezone.com yang melandir dari kanal YouTube Laskar Tujuh Langit, Yanice yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memutuskan menjadi mualaf saat akan menikah dengan pria Muslim.

Pernikahannya diselenggarakan di Kantor Urusan Agama (KUA), tanpa dihadiri keluarganya dan temannya. Sebab, pernikahan Yanice tidak mendapat restu dari keluarganya lantaran dirinya memutuskan menjadi mualaf.

Namun, Yanice tidak merasa khawatir dengan hidupnya. Bahkan dia merasa nyaman, meski tidak punya teman dan pekerjaan. Sebab, Yanice percaya jika rezeki akan selalu ada di mana-mana.

''Aku menjalaninya kok nyaman aja, jadi enggak pernah takut besok makan apa,'' tuturnya, dikutip Okezone dari kanal YouTube Laskar Tujuh Langit, Kamis (14/7/2022).

Setelah menikah, Yanice kemudian memulai hidup baru bersama suaminya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Yanice dan suaminya pun berusaha mencukupi kehidupan sehari-hari. Sampai suatu hari, Yanice diterima bekerja di perusahaan susu merek ternama. Sejak saat itulah ekonomi keluarganya kian membaik.

Namun di tengah-tengah kebahagiaan tersebut, Yanice kembali mendapat ujian dari Allah, suaminya mengidap penyakit komplikasi yang cukup parah. Yanice pun dilanda dilema antara mengurus sang suami atau fokus dengan pekerjaannya yang juga sedang naik daun kala itu.

Akhirnya Yanice mengalah, dia meminta izin ke bosnya untuk merawat sang suami. Selang beberapa bulan, keadaan suami Yanice justru makin parah. Bahkan, Yanice sampai mendatangkan dokter dan perawat ke rumahnya untuk merawat suaminya.

''Jadi uang yang kerja ini belum bisa kita nikmatin, semuanya untuk pengobatan,'' ucap Yanice.

Setelah berbulan-bulan menjalani perawatan intensif, suami Yanice pun sembuh dan kembali bekerja. Namun yang tidak diduga, sang suami tiba-tiba justru memintanya untuk berhenti bekerja.

''Permintaan suamiku apa? 'Yanice, minta tolong kamu tidak bekerja lagi.' Wah itu satu hal yang susah karena aku merasa itu udah hobi aku di sana,'' ujar Yanice.

Mengikuti permintaan suami, Yanice pun mengundurkan diri dan menjadi ibu rumah tangga. Dia mengaku mulanya merasa santai dan senang, tetapi memasuki minggu kedua, kegiatan hari-harinya mulai berubah.

''Seminggu pertama asyik, minggu kedua, ketiga mulai deh, kayaknya kerja rumah tuh enggak habis-habis, tapi aku enggak ngerti kok aku tiba-tiba menikmati,'' kata Yanice.

Walaupun awalnya merasa kesulitan, Yanice akhirnya menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Komplain guru yang biasanya menelepon karena sang anak belum mengerjakan PR pun kini sudah tidak lagi terdengar, lantaran Yanice mendampingi anaknya secara langsung saat sekolah. Tak ayal, kebahagiaan dan kedamaian pun menyelimuti kehidupannya.

''Oh, ternyata jadi ibu rumah tangga menyenangkan. Hidup serba-kekurangan, tapi hidup kami rasanya tuh berkecukupan. Jadi, hati riang gembira, enggak ada rasa sedih,'' ujar Yanice.

Menjadi mualaf seolah sebatas status saja bagi Yanice. Dia mengaku belum menyempurnakan ibadah sebagai seorang Muslimah kala itu. Terlebih, dia disibukkan dengan pekerjaan dunianya.

Yanice kemudian melanjutkan pekerjaanya di perusahaan susu sebelumnya. Tak disangka, rezekinya benar-benar lancar dari pekerjaan itu. Lambat laun ekonomi keluarganya pun makin meningkat, bahkan Yanice sudah bisa menabung untuk masa depan.

Akan tetapi, Yanice justru melupakan perannya sebagai istri dan ibu. Sang suami pun kembali memintanya untuk berhenti bekerja. Dengan legawa, Yanice pun benar-benar keluar dari perusahaan tersebut.

Suatu saat Yanice mulai tertarik memakai hijab usai melihat sahabatnya di Banjarmasin memakai hijab. Dia pun memborong berbagai macam hijab untuk mengikuti tren kekinian. Ya, kala itu Yanice memakai hijab hanya sekadar mengikuti fesyen. Dia sama sekali belum memikirkan untuk menutup auratnya. Namun, kemudian Allah 'memaksanya' memakai jilbab, hingga saat ini Yanice tetap mengenakan jilbab.

''Tiba-tiba aku dapat ujian lagi. Rambut rontok, hampir tidak ada rambut. Nah, aku pakailah jilbab itu untuk menutupi rambut sampai akhirnya rambut panjang lagi. Jadi pake hijab itu untuk menutupi rambut, bukan aurat, hanya menutupi kepala aja,'' kata Yanice.

Potret Yanice memakai hijab kemudian tersebar di media sosial. Hal itu membuat Yanice dan keluarganya berantam hebat. Mereka bahkan sampai putus kontak berbulan-bulan. Pasalnya, penampilan Yanice berhijab itu melukai hati ibunya.

''Kamu masuk Islam, masuk. Islam aja, tapi kamu jangan pakai jilbab,'' kata Yanice mengulang ucapan anggota keluarganya.

''Sedih banget kan, aku langsung diam,'' ucap Yanice.

Tidak menghiraukan cibiran keluarga, Yanice memilih memblokir akun media sosial keluarganya. Dia pun kembali merasa tenang dan senang dengan hijabnya. Namun, lagi-lagi Yanice diberi cobaan. Ekonominya kembali menurun karena pandemi Covid-19.

Tidak putus asa, Yanice pun mencari cara agar keluarganya bisa bertahan. Dengan keberanian yang ada, akhirnya Yanice membuka bisnis kuliner soto banjar.

''Di luar perkiraan aku, itu kan memasuki bulan puasa, aku promo ke orang Banjar yang di sini ternyata rame banget,'' katanya.

Dari bisnis kuliner itulah Yanice membantu meningkatkan ekonomi keluarganya. Berjalannya waktu, Yanice kembali mendapat kejutan dari Allah Ta'ala melalui rekan lamanya.

''Si temen bilang, tolong bantu pekerjaan ini. Kamu aku kasih jabatan manajer, wow,'' ucap Yanice.

Beruntungnya sang suami menyetujui pekerjaan itu. Yanice pun dengan senang hati mengelola restoran itu. Sejak saat itu, ekonomi keluarganya mulai stabil. Bahkan, kini keluarga Yanice hidup serba-berkecukupan hingga bisa memiliki mobil.

''Aku percaya segala sesuatu itu tidak ada yang mungkin asalkan kita berusaha. Syukurin saja, dengan bersyukur apa pun itu terasa enak dan bahagia,'' pungkasnya.***