LEWES -- Ioni Sullivan merupakan satu-satunya wanita berhijab di kotanya, Lewes, Inggris. Saat pertama mengenakan hijab, wanita yang bekerja sebagai pegawai pemerintah ini sempat disangka menderita sakit oleh orang-orang yang melihatnya.

Dikutip dari Republika.co.id, wanita yang kini berusia 37 tahun ini mengisahkan, ia lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga atheis kelas menengah, yang condong ke kiri.

''Ayahku profesor, ibuku guru. Ketika aku menyelesaikan MPhil di Cambridge pada tahun 2000, aku bekerja di Mesir, Yordania, Palestina dan Israel,'' kata dia dilansir dari laman The Guardian, Selasa (13/4).

Saat itu, Sullivan memiliki pandangan yang cukup stereotip tentang Islam. Namun dia terkesan dengan kekuatan orang-orang yang hidup dengan keyakinan mereka.

Kehidupan mereka membosankan, tetapi, hampir semua orang yang Sullivan temui tampak tenang dan stabil. Ini berbeda dengan dunianya sebelum memeluk Islam.

Kemudian, pada 2001, Sullivan jatuh cinta dan menikah dengan seorang Muslim asal Yordania. Awalnya mereka menjalani gaya hidup yang sangat Barat, seperti bersenang-senang di bar dan klub. Namun, selama waktu inilah dia memutuskan untuk memulai kursus belajar bahasa Arab dan mengambil Alquran dalam bahasa Inggris.

''Aku membaca sebuah buku yang menyatakan bahwa bukti keberadaan Tuhan adalah dalam keindahan dan keseimbangan ciptaan yang tak terbatas, bukan yang meminta saya untuk percaya Tuhan berjalan di Bumi dalam bentuk manusia. Saya tidak membutuhkan pendeta untuk memberkati saya atau tempat suci untuk berdoa,'' ungkapnya. 

Disangka Derita Kanker

Setelah itu, Sullivan mulai mempelajari ibadah dalam Islam seperti amalan yang wajib dan puasa. Dia kemudian memahami bahwa itu sebetulnya adalah untuk pengendalian diri, dan bukan untuk pembatasan kebebasan setiap orang.

''Dan dalam hati, saya mulai menganggap diri saya seorang Muslim, tetapi tidak merasa perlu menyampaikan tentang hal itu. Saya berusaha menghindari konflik dengan keluarga dan teman-teman. Pada akhirnya, jilbablah yang memperlihatkan saya kepada masyarakat yang lebih luas,'' ungkapnya.

Sullivan mulai merasa tidak jujur pada dirinya sendiri jika ia tidak mengenakan hijab. Saat mengenakan hijab, banyak yang bertanya dengan suara pelan, apakah dia menderita kanker. ''Tetapi saya sangat terkejut melihat betapa kecilnya hal itu dalam hubungan yang bermakna yang saya miliki,'' katanya.***