SELATPANJANG - Pelaku seni dan penggiat lingkungan di Kepulauan Meranti menggelar kegiatan Rangsang Island Internasional Abrasi Music Festival 2018. Ini bertujuan agar pemerintah pusat tergerak hatinya untuk menyelamatkan Pulau Rangsang, Pulau Terluar Indonesia.

Kegiatan di bibir pantai Dusun Demba Desa Anak Setatah, Rangsang Barat ini dilaksanakan Sanggar Bathin Galang bersama Kelompok Pelestari Wilayah Pesisir Tegas dan didukung oleh Dewan Kesenian Kepulauan Meranti.

Beberapa pelaku seni yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain Sanggar Bathin Galang, Kepurun, Kemas Meranti, Kantong Plastik, Laser, Zapin Anak Setatah, dan ABA Reggae.

Kegiatan mengangkat tema "Selamatkan Pulau Terluar Indonesia".

Sopandi, selaku pelaksana mengatakan bahwa ia bersama Ketua Kelompok Tegas Kadarsiono berkomitmen untuk menyelamatkan Pulau Rangsang yang merupakan tempat kelahiran (mereka). Sementara hari ini, ancaman abrasi di Pulau Terluar Indonesia itu sangat mengerikan, rata-rata 50 meter pertahun daratan runtuh ke laut.

"Ini salah satu cara kami menyuarakan perlawanan terhadap abrasi. Dengan ini pula kami mengetuk pintu hati pemerintah pusat untuk lebih serius memperhatikan wilayah terluar Indonesia," kata Sopandi.

Ditambahkan Sopandi, besar harapan mereka ke Pemerintah Pusat untuk fokus menyelamatkan pulau-pulau di Indonesia dari abrasi. Sebab, pulau terluar seperti Pulau Rangsang memang masuk salah satu daerah fokus untuk dientas kemiskinan, termasuk abrasi.

Ditambahkan Kadarsiono, mereka dari Kelompok Tegas telah berusaha menyelamatkan Pulau Rangsang dari ancaman abrasi. Dengan cara menanam mangrov jenis Api-api dan Sonetarea.

"Dulu sudah, penanganannya di Dusun Karet. Sekarang di Dusun Demba, di sini membutuhkan (penanganan). Mudah-mudahan dengan upaya-upaya yang telah kita lakukan, pemerintah bisa lebih peduli," kata Kadarsiono.

Disampaikan Kadarsiono juga, selama lebih kurang 13 tahun terakhir, mereka sudah melakukan penanaman sekitar 40 hingga 50 hektar. Meski tidak hidup semua, namun mangrov tersebut sudah menyelamatkan Desa Anak Setatah, Dusun Karet hingga Desa Bantar.

"Sampai saat ini kita gunakan teknik alami saja. Di situ kita buat bibit, kepuk, dan alhamdulillah berhsil. Sekarang kita coba pula membuat gorong-gorong," ujar laki-laki yang tak jemu menanam api-api meski tingkat keberhasilan sangat tipis.

Di tempat yang sama, Anggota DPRD Kepulauan Meranti Ardiansyah mengatakan, persoalan abrasi ini, Pemda telah melakukan bermacam cara. Bahkan, dari pusat sudah turun ke lokasi abrasi. Namun sampai sekarang belum ada terlihat tindak lanjut yang maksimal dari pemerintah pusat.

"Ini cara lain mengetuk pintu hati pemerintah pusat. Abrasi ini bukan hanya mengikis bibir pantai, tapi sudah rumah warga menghancurkan tanah dan rumah warga. Kita sangat berharap pempus terketuk hatinya untuk mengatasi abrasi di Meranti," ujar Ardiansyah pula.

Selain musik abrasi siang itu, pada pagi hari diadakan seminar tentang abrasi di Pendopo TPI Anak Setatah. ***