DIKISAHKAN, ada seseorang ingin bertemu Tsabit al-Bunani. Tsabit adalah seorang ahli ibadah serta memiliki pangkat dan banyak harta. Seseorang tersebut bermaksud meminta bantuan Tsabit memberikan utang untuk memenuhi kebutuhannya.

Dikutip dari Republika.co.id, ulama besar di Basrah, Hasan al-Bashri, kemudian meminta beberapa muridnya untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan Tsabit tersebut.

''Temuilah Tsabit Al Bunani dan pergilah kalian bersamanya,'' kata Hasan al-Bashri kepada muridnya.

Lalu, mereka mendatangi Tsabit yang ternyata sedang iktikaf di masjid. Tsabit minta maaf karena tidak bisa pergi bersama mereka. Mereka pun kembali lagi kepada Hasan dan memberitahukan perihal Tsabit.

Hasan berkata, ''Katakanlah kepadanya, 'Hai U'aimas, hai Uaimasy, apa engkau kira shalatmu adalah ibadah satu-satunya? Demi Allah, kepergianmu untuk membantu saudaramu yang membuthkan lebih baik dari seribu rakaat.''

Kemudian, mereka kembali menemui Tsabit dan menyampaikan apa yang dikatakan Hasan al-Bashri. Maka, Tsabit pun meninggalkan iktikafnya dan pergi bersama mereka untuk membantu orang yang membutuhkan itu.

Hikmah dari kisah tersebut adalah, bahwa banyak cara bisa dilakukan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Bisa dengan menolong dalam bentuk tenaga, memberikan bantuan dalam bentuk materi, memberi pinjaman, memberikan taushiyah keagamaan, meringankan beban penderitaan, membayarkan utang, memberi makan, hingga menyisihkan waktu untuk menunggu tetangga yang sakit.

Adalah ironi jika banyak orang kaya yang lebih senang naik haji berulang kali daripada membantu kaum dhuafa yang membutuhkan uluran tangan. Banyak juga orang kaya yang jor-joran membangun masjid mewah, sedangkan di sekelilingnya masih banyak kaum fakir miskin yang membutuhkan bantuan. Padahal, Allah tidak butuh disembah dengan indahnya masjid ataupun ibadah haji yang berulang-ulang. ***