JAKARTA - Wakil Ketua MPR-RI, Jazilul Fawaid mengakui di sektor pertanian perlu regenerasi petani yang massif. Dirinya membayangkan bagaimana bila tidak ada pelanjut di sektor pertanian. Bila itu terjadi bisa-bisa akan menyebabkan krisis pangan. Dikatakan, usia petani yang ada saat ini berada pada kisaran 40 tahun hingga 60 tahun. Usia yang demikian terbilang sudah mulai dipikirkan adanya regenerasi.

Dirinya mengajak yang muda-muda atau yang sekarang disebut kaum milenial untuk berkecimpung atau turun dalam dunia pertanian. Bayangan dunia pertanian yang selalu bergelut dengan lumpur sehingga membuat badan kotor hal demikian disebut politisi PKB itu sebagai pertanian masa lalu. “Dengan dukungan teknologi, kaum milenial bisa menjadi petani handal tanpa harus takut kotor,” ujar Jazilul Fawaid, Jakarta, 17 Juli 2020.

Kaum milenial didorong menjadi petani sebab menurut pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu bangsa ini butuh pelanjut yang bergerak dalam sektor pertanian agar bangsa ini mampu menyediakan pangan secara berkesinambungan.

Saat ini menurut pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu mengelola sektor pertanian tidak seperti dahulu yang lebih banyak mengandalkan fisik atau tenaga kasar. Dengan menggunakan teknologi modern, semua bisa diatasi. "Mulai dari penyiapan lahan, bibit, penanaman hingga panen, semua pakai teknologi,” ungkapnya. Dengan cara seperti itulah maka kaum milenial tidak perlu lagi berkubang dengan lumpur.

Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu mengatakan demikian setelah dirinya pada 17 Juli 2020 mengunjungi Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dalam kesempatan tersebut, dirinya diperlihatkan oleh civitas akademika di sana mengenai inovasi teknologi pertanian.

Inovasi teknologi pertanian yang ditunjukan di depan Gus Jazil tidak hanya mengelola dan memproses sayuran, buah-buahan, dan padi namun juga inovasi teknologi penggunaan robot untuk panen sawit dengan mendeteksi buah sawit yang sudah matang.

Inovasi teknologi yang ada mampu meningkatkan hasil panen. Satu hektar lahan sawah bisa menghasilkan 11 ton padi. "Ini luar biasa di tengah lahan sawah kita yang kurang, IPB sudah menemukan teknologinya,” ujarnya. Untuk itu dirinya mengapresiasi IPB yang telah melakukan inovasi teknologi agro maritim 4.0.

Takjub dengan apa yang dilihat, membuat Gus Jazil dengan tegas menyatakan, inovasi-inovasi seperti ini perlu dikembangkan dan perlu didukung semua pihak. “Saat ini masih banyak petani menggunakan cara-cara tradisional,” ungkapnya.

Dikatakan, bangsa Indonesia kaya dengan sumber daya alam. Untuk itu dengan inovasi teknologi, apa yang ada bisa ditingkatkan atau dimaksimalkan hasilnya. “Ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengembangkan keunggulan sumber daya alam dengan keunggulan teknologi,” tuturnya. ***