JAKARTA - Bayi baru dilahirkan di rumah sakit di daerah terkepung kabut asap sebaiknya dimasukkan dulu ke inkubator beberapa hari sebelum dibawa pulang ke rumah.

Dikutip dari republika.co.id, saran ini disampaikan ahli kesehatan dr Tan Shot Yen usai mengisi Dialog Sosialisasi Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-55, di Jakarta, Jumat (20/9).

''Alternatif lainnya, tinggal di tempat khusus, yakni rumah aman yang dilengkapi dengan penjernih udara dan kondisinya baik untuk hidup dan bernapas,'' kata Tan Shot Yen.

Menurut Tan, menghirup udara berasap akibat kebakaran hutan dan lahan bukanlah penyebab langsung seseorang meninggal dunia. Kabut asap hanyalah faktor pencetus.

''Mungkin bayi yang meninggal itu sudah punya riwayat penyakit pneumonia, cacat paru, atau tuberkulosis (TB), atau bisa juga tidak mendapatkan pasokan oksigen dengan baik,'' ujar Tan, menanggapi meninggalnya bayi berusia tiga hari diduga karena kabut asap, di Pekanbaru, Riau, Rabu (18/9) malam.

Tan menyebutkan, bayi atau kelompok rentan lainnya, seperti anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia, agar tinggal dalam ruangan yang dilengkapi dengan penjernih udara.

Sementara untuk yang bukan kelompok rentan, ia merekomendasikan untuk memakai masker N95.

Sebelumnya diberikan, bayi dari pasangan suami-istri, Evan Zendrato dan Lasmayani Zega meninggal dunia di Pekanbaru, Kamis, diduga akibat terpapar kabut asap karhutla.

Evan, bapak kandung bayi itu, di Pekanbaru, Kamis, mengatakan, anak pertamanya itu belum sempat diberi nama, namun sudah meninggal pada Rabu (18/9) malam.

''Dokter bilang, anak saya terdampak virus akibat kabut asap,'' ujar Evan seraya menjelaskan bahwa bayi laki-lakinya itu meninggal saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Syafira, Pekanbaru. ***