PEKANBARU - Temuan kasus pertama penyakit cacar monyet (Monkeypox) di Singapura membuat pemerintah di tanah air turut waspada, mengingat letak geografis Negeri Merlion tersebut sangat berdekatan dengan Indonesia, khususnya Provinsi Kepulauan Riau dan Riau.

Pemerintah Singapura sendiri telah mengonfirmasi, bahwa pihaknya menemukan kasus pertama infeksi monkeypox ini setelah melakukan pemeriksaan terhadap warga negara Nigeria berusia 38 tahun yang datang pada 28 April lalu. Di mana, ia tebukti positif mengidap cacar pada 8 Mei.

Sebagai salah satu daerah yang berdekatan dengan Singapura, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau pun lantas melakukan beberapa langkah-langkah antisipasi. Seperti mulai mengawasi jalur kedatangan penumpang yang berasal dari Singapura dan Batam ke Pekanbaru, baik yang melalui jalur udara maupun laut.

Untuk pengawasan di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, tim medis Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pekanbaru sendiri telah melaksanakan pengawasan terhadap penumpang sejak tiga hari yang lalu, yaitu pada hari Minggu, (12/5/2019).

"Tim medis KKP Pekanbaru sudah bertugas melakukan screening penumpang yang datang dari Singapura sejak tiga hari yang lalu," kata General Manager (GM) PT Angkasa Pura II Pekanbaru, Jaya Tahoma Sirait di Pekanbaru, Selasa (14/5/2019).

Di bandara kebanggaan masyarakat Riau tersebut, kata Jaya, tim medis telah mengoperasikan thermal scanner untuk mengantisipasi kasus monkeypox ini.

"Sampai saat ini belum ditemukan kasus tersebut," imbuh Jaya.

Untuk diketahui, bahwa cacar air dan cacar monyet memiliki perbedaan. Pada dasarnya, gejala yang terjadi pada cacar air ataupun cacar monyet biasanya adalah seperti demam tinggi, sakit kepala, timbul ruam di kulit, serta nyeri otot. Namun pada cacar monyet, akan ada gejala khas yang terjadi yaitu adanya pembesaran kelenjar getah bening. ***