SIAK SRI INDRAPURA - Bupati Siak, Drs H Syamsuar MSi, Sabtu malam (15/4) menghadiri kegiatan Kenduri Puisi VII yang ditaja Komunitas Seni Rumah Sunting (KSRS) bersama pemerintah Kecamatan Pusako di Kampung Dosa, Kecamatan Pusako. Pada kesempatan itu, Bupati turut membacakan puisi tentang Siak sebagai negeri hijau, negeri istana yang kaya dengan kebudayaan dan sejarah. Bahkan Bupati menjelaskan bagaimana Siak yang sering menjadi tempat belajar banyak orang.

''Bicara Siak, bukan hanya bicara tentang Kabupaten Siak, tapi bicara Riau. Siak inilah ikonnya Riau. Sekarang Siak selalu menjadi kunjungan banyak pihak. Guru-guru sejarah se-Indonesia, pertemuan kebudayaan nasional, pertemuan aristek se-Indonesia dan masih banyak lainnya, menjadikan Siak sebagai kota perbandingan. Panglina TNI dan jajarannya pun datang ke Siak tidak diundang. Tidak ada yang mengundang, tapi datang dengan sendirinya dan mengangap Siak layak dikunjungi. Di banyak orang study banding. Di Siak mereka banyak melihat dan belajar. Apalagi Siak sebagai negeri istana kaya dengan sejarah dan kebudayaan,’’ kata Bupati malam itu sebelum membacakan puisi tersebut.

Bupati yang tiba di lokasi acara sekitar pukul 19.30 WIB, langsung disambut Camat Pusako, Andi Putra Sstp MSi dengan jajarannya dan pimpinan KSRS Kunni Masrohanti dan panitia lainnya. Bupati langsung menuju homestay di sebelah kiri Danau Naga Sakti untuk makan malam bersama. Ketua Yayasan Sagang sekaligus Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Kazzaini Ks, penyair lain seperti Mosthamir Thalib, Bambang Kariyawan, Sastra Riau dan beberapa lainnya, juga turut hadir di sana.

Sedangkan di sebelah kanan danau, peserta Kenduri bersama masyarakat dan undangan lainnya, makan bersama di tenda yang telah disediakan.

Selain Bupati, acara tersebut juga dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Kadri Yafiz, Ketua Dewan Kesenian Siak (DKS) Azwar, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, berbagai komunitas di Siak, penggiat seni di Siak, lembaga yang bergerak di bidang lingkungan seperti pimpinan Perkumpulan Elang, Janes, Walhi melalui perwakilannya, pelajar, anak-anak pramuka dan masih banyak lainnya. Semua pihak tersebut, baik camat, penghulu, aktivis lingkungan, seniman, pekerja seni, komunitas-komunitas dan lainnya, berkerjasama menyukseskan acara tersebut.

Namanya kenduri. Seperti di kampung-kampung, kalau kenduri tetangga beramai-ramai datang. Ada yang bawa beras, ayam, kentang, mie dan sebagainya. Kenduri Puisi ini juga begitu. Camat setempat luar biasa mempersiapkan tempat ini untuk acara pelaksanaan, termasuk transportasi dan makan semua peserta selama kegiatan. Begitu juga dengan ratusan lampu badai yang bergelantungan mala mini, semua itu sumbangan dari Walhi, Perkumpulan Elang, Jikalahari, dan Greenpeace. Tak ketinggalan Yayasan Sagang yang menyumbangkan buku untuk hadiah pemenang lomba baca puisi dan pustaka desa. Peserta, sudah pasti mengurus dirinya sendiri dengan mempersiapkan tempat tidur berupa tenda serta menulis dan mempersembahkan karya terbaik dalam acara ini,’’ kata Kunni pula.

Ketua Yayasan Sagang, sekaligus Ketua DKR, Kazzaini Ks yang telah mengikuti beberapa kali Kenduri Puisi di daerah lain, menyebutkan, Siak sebagai kota sejarah dan budaya, memang semakin hari semakin banyak dikunjungi orang serta menjadi berbagai pusat kegiatan bertaraf lokal, nasional maupun internasional, termasuk kegiatan kesenian.

‘’Siak ini memang sudah menjadi kota percontohan. Bukan dari sejarah dan kebudayaan yang dia miliki, tapi perubahan dan pengembangan kotanya yang terus membaik, tata kotanya yang semakin terlihat. Mau tidak mau ini memang harus diakui. Tidak salah kalau perayaan Hari Puisi Indonesia di Riau yang dimotori Rumah Sunting juga dilaksanakan di sini tahun ini. Apalagi yang datang para penulis dan mereka akan menulis Siak dalam karya-karya mereka,’’ kata Kazzaini usai menyampaikan sambutan. ***