PEKANBARU - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Prof Dr Nazir Karim berharap pemerintah bisa melakukan penataan dalam pemakaian media sosial, karena banyak ujaran kebencian yang ada di media saat ini.

Dikatakan Nazir, adanya fenomena pelecehan ulama di media sosial tidak bisa dipungkiri lagi, dan hari ini cacian dan hinaan yang diarahkan ke ulama melalui media sosial sudah dalam tahap memperihatinkan.

"Itu tidak bisa dipungkiri lagi, banyak ulama kita dilecehkan, termasuk lah habib Rizieq. Saya kira Rizieq tidak ada sengketa dengan siapapun, bahkan dia mau melakukan amar ma'ruf nahi mungkar," kata Mantan Rektor UIN Suska ini kepada GoRiau.com, Minggu (22/11/2020).

Karena tidak tahan dengan bully-an tersebut, menurut Nazir, wajar kalau Habib Rizieq membalas dengan pidato pada waktu perayaaan maulid nabi beberapa waktu lalu, karena memang penghinaan kepada dia sudah sangat keterlaluan.

Jadi, kerasnya pidato Habib Rizieq Shihab (HRS) dinilai Nazir ada sebab dan akibat, makanya dia sangat berharap media sosial bisa ditata dengan baik oleh pemerintah, karena moral masyarakat hari ini sudah tercabik-cabik.

"Saya baca komentar netizen terhadap ulama itu luar biasa, pening kita liatnya, saling mencaci maki, kata-katanya luar biasa, jadi pandangan bahwa orang Indonesia itu ramah tidak ada lagi, yang ada orang luar itu melihat orang Indonesia pemarah dan pendengki," terangnya. 

Dan gaya pidato HRS selama ini, sambungnya, juga memang begitu, dimana dia menyampaikan kepada kelompoknya dengan cara berapi-api.

Nabi Muhammad SAW, jelasnya, memang orang yang memiliki kesabaran luar biasa, bahkan pernah suatu ketika malaikat meminta Nabi membalas ketika dilempari kotoran, tapi Nabi malah mendoakan orang tersebut.

"Kalau tidak disampaikan dan hanya mendoakan saja, apa yang dia rasakan tidak sampai pesannya. Batas kesabaran itu pasti ada, HRS kan bukan nabi, dia punya batas kesabaran juga. Kita pun juga tidak mungkin diam kalau kehormatan kita sudah diganggu," tuturnya.

Lebih jauh, Nazir melihat bahwa HRS tidak pernah bersengketa dengan siapapun, bahkan dia membantu kepolisian dalam memberantas tempat-tempat maksiat, dan kelompoknya juga tidak pernah mengambil sikap sendiri.

"Mereka tidak bertindak sendiri, mereka kan juga melaporkan misalnya ada tempat maksiat di tengah masyarakat, polisi kan juga tidak bisa bergerak kalau tidak ada laporan. Jadi memang dia selama ini menegakkan amar Maruf nahi mungkar," tutupnya.***