PEKANBARU – Jelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, terjadi kecenderungan ramainya kader dan fungsionaris Partai Golkar (PG) yang pindah ke partai lain di Riau.

Pengamat politik yang juga dosen Pasca Sarjana Universitas Lancang Kuning, M Rawa El Amadi, mengatakan hal ini tidaklah aneh mengingat PG bukanlah partai dengan ideologi tertentu. Hal ini menyebabkan persaingan di internal partai sangat ketat, terutama di tingkat daerah, untuk mendapatkan jabatan politik seperti anggota DPR.

Menurut M Rawa El Amady, Golkar berasal dari birokrat dan tentara, dan selama lebih dari 30 tahun berkuasa secara otoriter. Hal ini menyebabkan kelebihan kader di partai tersebut, sementara misi perjuangan partai tidak jelas karena tidak memiliki ideologi yang kuat.

"Ide kekuasaan inilah yang menjadi dorongan utama bagi warga Golkar dalam menjalankan partai," ujarnya.

Karena partai Golkar bukan partai ideologi, maka jabatan politik menjadi hal yang ditonjolkan oleh para kader. Hal ini membuat persaingan semakin ketat dan banyak kader PG mencari partai baru.

Beberapa nama kader dan fungsionaris PG yang berpindah ke partai baru termasuk DR Hj Nurliah SH MH, yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Inhil, DPRD Provinsi Riau, dan DPR RI. Selain itu, Hj Supriati Ssos, yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Kuansing dan DPRD Riau, Sumiyati, Elly Suryani mantan anggota DPRD Riau, serta Maryenik mantan Bendahara Golkar, juga ikut berpindah ke partai lain. (kl2)