JAKARTA - Berita paling heboh datang lagi dari Lewoleba, Lembata. Kali ini soal tindakan amoral oknum anggota DPRD Lembata, MGRP. Dia ditangkap usai mesum atau buang hasrat dengan istri orang di kamar wc, Kamis (25/11) dini hari sekitar pukul 01.00 Wita. Oknum dewan itu sempat dihajar tapi berhasil lolos dan melarikan diri.

Berikut penjelasan DW, suami yang menangkap oknum anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan itu, ketika bersama istrinya di kamar wc. Menurut DW, pada Rabu (24/11) malam sekitar pukul 00.00 Wita, dia pulang dari melayat orang meninggal. Saat melewati Rayuan Kelapa, ia sempat diajak minum oleh kawan-kawan dan sempat duduk di sana.

Saat itu, istrinya NN menlepon bahwa hatinya kurang tenang. Mungkin karena mamanya sedang sakit dan minta dia (DW) ke rumah mamanya. Namun tiba di rumah, ia melihat mamanya sedang menonton tv dan tidak apa-apa. Setelah memanggil beberapa kali dan tidak ada jawaban, ia akhirnya kembali ke rumahnya.

DW pun bercerita lagi, sesampainya di rumah, ia melihat lampu di dalam rumah masih menyala. Ia lalu dibukakan pintu oleh anaknya. Setelah masuk rumah, ia duduk bersama istrinya. Istrinya mengeluh sakit perut. "Saya tanya, perut sakit kenapa?. Istri bilang tadi makan telur, nona masak pake lombok banyak jadi buat perut sakit," ceritanya, menirukan jawaban istrinya NN.

Istrinya pun pamit ke kamar mandi untuk buang air besar karena perutnya sakit. Saat istrinya ke kamar mandi, DW juga mengantuk dan hendak tidur. Akan tetapi, setelah beberapa saat istrinya tak kunjung kembali dari kamar mandi, ia pun mulai curiga dan berfirasat kurang enak. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan memanggil istrinya. Saat itu istrinya pun menyahut dan mengaku perutnya masih sakit.

Namun, lanjut dia, karena terlalu lama, ia pun mulai curiga. Apalagi, posisi kaki istrinya tidak seperti biasa seperti orang sedang buang air besar. Karena wc yang digunakan jongkok, namun posisi kaki istrinya seperti orang lagi berdiri.

Kebetulan, kamar mandi pintunya menggunakan seng dan ada jarak dengan tanah sehingga ia bisa melihat posisi kaki istrinya. Ia juga sempat mendengar suara seperti percakapan di dalam kamar WC. Dia semakin curiga. Apalagi, ia juga melihat ada kaki lain di dalam kamar WC.

Hampir kurang lebih 30 menit, istrinya keluar, dan saat keluar ia sempat mengatakan kepada lelaki di dalam WC. "Nanti kau tanggung jawab dengan suami saya," kata suaminya menirukan ucapan istrinya NN.

Saat istrinya keluar, DW langsung mendobrak masuk ke dalam kamar WC dan mendapati MGPR di dalam dan langsung menghajarnya. Ia sempat membanting tubuh anggota dewan yang vokal di DPRD ini ke dinding kamar WC. Sayangnya, saat DW menunduk hendak mengambil besi yang menutupi selang air, oknum dewan itu berhasil meloloskan diri dari gebukan DW.

DW tidak hilang akal. Dia langsung mengambil parang (kelewang) dan mengejar oknum anggota dewan itu. Hanya saja, dia tidak menjumpai anggota dewan yang selama ini selalu berpenampilan nyentrik dengan anting itu.

Karena terlalu emosi, DW lalu mengejar langsung ke rumah orangtua GMPR dan berteriak mencaci maki anggota dewan ini di rumah orangtuanya. Tak puas, lalu menuju ke rumah MGPR dan mencaci makinya di sana. Ia juga berteriak memanggil istri MGPR dan menyampaikan kejengkelannya, dan sempat memukul kaca spion mobil yang diparkir di halaman rumah.

Upayanya gagal. DW pun kembali ke rumahnya. Ia menanyakan istrinya dan karena emosi ia memukul istrinya. Ia baru berhenti memukul istrinya setelah anak kedua dan ketiga memeluknya sambil menangis. Dia sempat mau langsung melaporkan peristiwa itu ke polisi, namun karena mempertimbangkan banyak hal, akhirnya niat itu dibatalkan.

Sementara itu, sejumlah wartawan berusaha mendatangi rumah oknum anggota dewan, MGPR, untuk melakukan konfirmasi terkai dugaan kasus itu, namun MGPR tidak ada. "Suami saya pagi-pagi subuh sudah ke kampungnya di Lewoeleng," jawab istri MGPR.

Kepada media, oknum DPRD Lembata itu mengatakan, pihaknya belum bisa memenuhui permintaan konfirmasi. Dia masih butuh waktu untuk menenangkan diri, menyesali diri, sekaligus menyiapkan diri untuk menghadapi masalah amoral itu.

"Makasi bapak. Sabar e… saat sekarang saya belum bisa memenuhi permintaan bapak untuk konfirmasi. Maaf bapak, saya butuh waktu tuk tenangkan diri, menyesali diri, menyiapkan diri tuk hadapi masalah ini. Makasi banyak sudah mau berkomunikasi bapak," ujarnya.***