PEKANBARU - Dinas Pendidikan Provinsi Riau, telah mengumumkan kelulusan siswa tingkat SMK kabupaten kota se-Riau. Untuk tahun 2021, jumlah siswa kelas XII sebanyak 31.260. Kemudian, yang dinyatakan lulus sebanyak 31.187 siswa, 73 siswa dinyatakan tidak lulus, dengan persentase 99,77 persen.

Dari 73 siswa yang tidak lulus, dari Kabupaten Kepulauan Meranti tercatat yang terbanyak yakni 16 siswa, disusul Kabupaten Rokan Hilir 14 siswa, Kabupaten Bengkalis 2 siswa, Kota Dumai 1 siswa, Kabupaten Inhu 7 siswa, Inhil 1 siswa, Kampar 10 siswa, Kuansing 1 siswa, Pekanbaru 8 siswa, Pelalawan 10 siswa, Siak 1 siswa dan Rohul 2 siswa.

Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Edy Rusma Dinata, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak sekolah yang tidak meluluskan siswanya agar Disdik Riau bisa mendata siswa putus sekolah yang tidak lulus di kabupaten kota.

“Ada 73 siswa yang tidak lulus sekolah, walaupun tidak ada ujian nasional. Kelulusan siswa ditentukan oleh sekolah, dan kami meminta agar sekolah memberikan informasi selanjutnya terkait ketidaklulusan siswa ini,” ujar Edy.

“Dari informasi sementara yang kami terima, siswa yang tidak lulus itu dikarenakan tidak mengikuti pelajaran. Tidak lulus pada umumnya disebabkan karena meninggal dunia, sudah menikah, sudah tidak bisa dihubungi karena sudah berpindah alamat karena bekerja, mengundurkan diri, sudah tidak masuk mulai semester V (kls XII) dan tidak mengerjakan tugas ujian yang diberikan,” kata Edy.

Dijelaskan Edy, selama masa pandemi COVID-19, proses belajar mengajar di sekolah ada yang menggunakan sistem daring dan tatap muka terbatas. Semua siswa diwajibkan mengikuti semua proses belajar mengajar, baik daring maupun tatap muka terbatas. Untuk siswa yng tidak hadir, dan tidak mengikuti dengan baik, berkemungkinan tidak lulus.

“Memang kalau di daerah sistem online agak sulit, tapi ada juga yang datang ke sekolah. Nah, inilah yang akan kita minta kejelasan dari sekolah, apa yang menyebabkan mereka tidak lulus, kita tunggu keterangan dari pihak sekolah,” ungkapnya.

Disinggung tingginya tingkat ketidaklulusan di daerah yang menyebabkan tinggi angka putus sekolah di daerah, Andy, tidak menampiknya, bisa saja akibat dari tidak lulus ini banyak siswa putus sekolah.

“Iya, angka putus sekolah bisa tinggi, dari data yang ada, ada yang sudah menikah, sudah tidak bisa dihubungi karena sudah berpindah alamat karena bekerja, mengundurkan diri, sudah tidak masuk mulai semester V (kls XII). Ini kan putus sekolah tanpa ada masuk sekolah lagi. Inilah yang akan minta keterangan dari siswa yang tak lulus itu, dengan kondisi sekarang, apakah karena daring atau yang lain,” jelasnya. ***