JAKARTA, GORIAU.COM - Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menunjukkan bahwa elektabiltas PDIP menempati urutan tertinggi di wilayah ibu kota DKI Jakarta.

Menjelang detik-detik pencoblosan Pemilu 2014, PDIP mampu mengambil alih posisi Demokrat sebagai pemenang pada Pemilu 2009 di wilayah DKI Jakarta. PDIP unggul jauh dari Parpol peserta Pemilu lainnya seperti PKS, Gerindra, Golkar, PPP, PKB, PAN dan seterusnya.

Survei nasional LSIN elektabilitas Parpol ini dilakukan rentang waktu 10-15 Maret 2014, melibatkan 500 responden dari 5 Kota di wilayah DKI Jakarta dan 1 kabupaten yaitu Kepulauan Seribu. Survei dimaksudkan unutk menjajaki aspirasi publik terhadap elektabilitas Parpol menjelang pencoblosan 9 April 2014.

Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad, melalui rilisnya kepada GoRiau.com, Kamis (3/4/2014) mengatakan bahwa ketika responden diajukan pertanyaan jika Pemilu dilaksanakan hari ini anda akan memilih partai apa? Responden sebagian besar memilih PDIP, disusul kemudian Partai Gerindra, PKS, Demokrat, dan Golkar.

Berdasarkan hasil survei LSIN elektabilitas PDIP menempati posisi teratas dengan selisih jauh dari parpol lainnya. Saat ini tingkat keterpilihan PDIP di wilayah DKI Jakarta sebesar 16,7%, disusul kemudian Gerindra 8,9%, PKS berada diurutan ketiga dengan elektabilitas 8,7%, Demokrat 8,5%, Golkar 7,2%, PPP 4,9%, PKB 4,4%, PAN 4,0%, Hanura 3,6%, NASDEM 1,5%, PBB 1,3%, dan PKPI 1,1%, selebihnya 29,4% tidak menjawab atau tidak tahu.

Berdasarkan hasil survei LSIN terhadap elektabiltas Parpol di wilayah DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan peta kecenderungan pemilih di DKI Jakarta dibanding Pemilu 2004 dan 2009, pada Pemilu 2004 PKS yang mengusung isu politik bersih mampu menjadi pemenang Pemilu, kemudian Partai Demokrat yang mengusung isu anti korupsi dan citra kepemimpinan SBY mampu mengantarkan Demokrat menjadi pemenang Pemilu di wilayah DKI Jakarta pada Pemilu 2009. Pemilu 2014 mendatang memungkinkan PDIP menjadi pemenang mutlak dan tidak mungkin terkejar oleh Parpol besar lainnya seperti PKS, Gerindra, Demokrat, dan Golkar. Tutur direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad.

PDIP berpotensi besar memerahkan DKI Jakarta pada Pemilu 2014 sebagaimana yang terjadi pada Pemilu tahun 1999. Namun, PDIP juga harus jeli mmebaca pemilih DKI Jakarta mengingat DKI Jakarta tergolong daerah yang unik, tidak bisa dipetakan dalam sebuah basis konstituen tertentu sebagaimana Jateng yang menjadi basis PDIP, Jatim menjadi basis PKB, dan Kalimantan basis Golkar.

Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta menjadi pusat bisnis, pemerintahan, dan perekonomian, penduduknya relatif well informed terhadap berbagai informasi, sehingga mempengaruhi perilaku pemilih DKI Jakarta yang identik dengan sikap politik yang kejam dan tanpa ampun karena ekspektasi politik yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan tidak ada satu Parpol pun yang mampu memenangkan Pemilu di DKI Jakarta sebanyak dua kali berturut-turut. Kunci merebut suara di DKI adalah pada aspek mengambil isu-isu strategis masing-masing Parpol, perkembangan isu di DKI Jakarta memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sikap pemilih, beruntung PDIP memiliki sosok Jokowi sebagai kader muda PDIP berkualitas di DKI Jakarta dan mampu menjadi magnet politik bagi warga DKI Jakarta dengan kebijakan-kebijakannya yang pro rakyat.

Berdasarkan hasil survei LSIN, apresiasi positif saat ini memang diberikan oleh pemilih DKI Jakarta kepada PDIP, fenomena tersebut tidak lepas dari peran PDIP yang menempatkan diri sebagai partai oposisi pemerintah, sebagai oposisi pemerintah PDIP mampu menggaet simpati publik dengan sikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Kader-kader internal PDIP juga memberikan sumbangan besar terutama keberadaan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta yang selalu menjadi sorotan media dan publik. Munculnya tokoh-tokoh muda di PDIP dan minimnya kasus korupsi yang mendera kader PDIP adalah kunci utama. Jika PDIP mampu menjaga ritme yang berjalan, tidak menutup kemungkinan memenangkan pemilu 2014 di wilayah DKI Jakarta.

Sementara elektablitas Gerindra berada di bawah PDIP dengan selisih cukup jauh, Keberadaan Ahok turut serta memberikan sumbangan terhadap elektabilitas Gerindra. Apalagi didukung oleh sosok Prabowo dan isu-isu yang dibangun oleh Gerindra yang bergerak secara massif hingga tingkat bawah.

Di urutan ketiga adalah PKS, PKS tidak mampu lagi mengusung isu politik bersih sebagai magnet merebut hati pemilih DKI Jakarta. Apalagi saat ini PKS mengalami masalah perpecahan internal, dan dijerat kasus-kasus korupsi yang mendera kader-kadernya di tingkat level tertinggi.

Di urutan keempat adalah partai Demokrat, elektabilitas PD turun drastis dibanding hasil pemilu 2009, adalah kasus korupsi yang menjerat kader-kader PD dan kekecewaan warga DKI jakarta terhadap janji perubahan dari pemerintahan yang tidak mampu diwujudkan menjadi momok bagi partai Demokrat. Citra partai Demokrat luntur habis karena sosok SBY yang tidak mampu memberikan perubahan pada Indonesia.

Sementara di urutan kelima adalah partai Golkar, elektabilitas Golkar cenderung tidak mengalami perkembangan dan sangat bergantung pada kinerja pengurus inti dan caleg-calegnya dalam memahami karakteristik pemilih di DKI Jakarta dan menerjemahkannya menjadi isu-isu populis dan prorakyat. Selebihnya elektabilitas partai PPP, PAN, PKB, Hanura masih tidak beranjak jauh di bawah 5%, di wilayah DKI Jakarta, begitupula partai pendatang baru Nasdem elektabilitasnya masih jauh dari harapan bersama PBB dan PKPI.

Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap kota. Responden adalah penduduk ber-KTP DKI Jakarta yang berumur minimal 17 tahun,. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan Margin of error sebesar ± 3,2%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di setiap Kecamatan. (rls)