JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Lestari Moerdijat menyatakan, perayaan Natal 2019 hendaknya menjadi momentum untuk merajut kembali persatuan yang terkoyak karena politik identitas.

Menguatnya politik identitas yang menjadi fenomena pada beberapa negara termasuk Indonesia, kata Lestarie, telah menumbuhkembangkan sentimen saling curiga. Bahkan lebih jauh, kebencian yang menjurus pada aksi intoleran antarumat beragama.“Kedudukan mayoritas yang idealnya melindungi minoritas justru pada sejumlah kasus berkecenderungan menjadi superior. Kegiatan beragama, beribadah dari pemeluk agama lain direcoki. Keberagaman dianggap sebagai ancaman,” sorot Politisi Partai NasDem yang akrab disapa Rerie itu di Jakarta, Minggu (22/12/2019)."Tidak perlu merujuk siapa, menunjuk siapa, tetapi urgen untuk merajut kembali semua yang terkoyak oleh politik identitas. Kembali kepada tatanan kebersamaan yang plural," kata Rerie.Natal 2019, lanjut Rerie, saatnya merangkul saudara-saudara sesama anak bangsa. “Menjadi tanggungjawab kita bersama menjaga perdamaian, kenyamanan, dan harmoni,”.Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem tersebut percaya bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah semangat yang mampu menyatukan perbedaan. Sebab bangsa Idonesia sangat kaya dengan keberagaman seperti suku, bahasa dan agama.“Sebagai bagian dari kekayaan itu, kita berkewajiban untuk menjaga kekayaan itu,” tegas Mbak Rerie.Penodaan terhadap aset bangsa, lanjutnya, adalah tangisan kesedihan bagi semua. Rerie tidak ingin Ibu Pertiwi menangis dan bersusah hati berkepanjangan.“Budaya lokal adalah bagian dari kekayaan yang kita miliki, namun dalam konteks kebangsaan, budaya lokal tidak boleh menihilkan kekayaan dan kebersamaan di antara kita,” imbuhnya.Sebagai partai moderen dan terbuka yang menjunjung tinggi nasionalisme kebangsaan, Rerie menyatakan Partai NasDem ikut prihatin jika semangat kedaerahan berubah menjadi tirani dan menciderai kebhinekaan anak bangsa.***