PEKANBARU - Untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah daerah Riau, Satuan Tugas Udara melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan. Sebanyak 1,8 ton garam sudah disemai di langit Riau.

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru, Marsekal Pertama TNI Ronny Moningka mengatakan, penyemaian garam dilakukan menggunakan  pesawat Cassa 212 yang merupakan bantuan dari Skadron Udara 4 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. 

"Cassa sudah mulai beroperasi sejak Selasa kemarin hingga nanti kondisi dinyatakan sudah kondusif," ujar Moningka, Kamis (28/2/2019).

Sementara itu, Kepala Dinas Operasi Lanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Penerbang Jajang Setiawan mengatakan, untuk mekanisme penyemaian garam ini pihaknya berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru.

"Yang menjadi kriteria, harus dilihat potensi awan yang memungkinkan menjadi awan hujan. Ada kriteria awan tertentu sehingga membacanya menggunakan satelit," kata Jajang.

Setelah ditentukan awan mana yang berpotensi menghasilkan hujan, selanjutnya dilihat daerah mana yang memiliki titik panas (hotspot) atau daerah rawan Karhutla. 

"Peta rawan hujan, peta hotspot disandingkan dengan peta satelit cuaca yang awan prospek tadi. Maka disemai garam. Diharapkan menghasilkan hujan yang memang dibutuhkan daerah tersebut," jelasnya.

Sebanyak 600 kilogram garam disemai di langit Riau pada Selasa, dan 800 kilogram disemai kemarin. "Penyemaian dilakukan tiap hari. Selasa 600 kilogram, Rabu 800 kilogram," kata Jajang.

Kemudian dilanjutkan pada Kamis sekitar 400 kilogram. Untuk saat ini, ada sekitar 12,5 ton garam yang disimpan di Posko Penanggulangan

Karhutla di Lanud Roesmin Nrjadin. "Begitu garam habis kami akan berkoordinasi dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Setidaknya kami harus menjaga 20 ton garam," kata Jajang.

Penyemaian garam ini akan terus berlanjut hingga musim kemarau di Riau berakhir. Sementara itu, musim kemarau di Bumi Lancang Kuning ini sendiri diprediksi akan panjang hingga Oktober mendatang.

"Ini akan berlanjut ke depannya sampai ada instruksi lebih lanjut. Jika cuaca El Nino, maka selama itu jika tidak ada hujan dan rawan titik api maka TMC tidak akan dicabut dan tetap penyemaian garam," katanya. (gs1)