SELATPANJANG - Ratusan anak-anak Suku Akit di Desa Bathin Suir, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SLTP dikarenakan tidak adanya sekolah tersebut di desa mereka. Disana hanya terdapat SD 10 yang dibangun pada zaman Bengkalis.

Mantan Kepala Desa Bathin Suir, Ahmad Tarmizi mengatakan jumlah anak-anak suku asli yang tidak melanjutkan sekolah di dusun tersebut mencapai ratusan orang.

Ahmad Tarmizi mengatakan, sebenarnya ada SMP satu atap di desa tetangga, Desa Lukun. Namun, akses transportasi dari Dusun Parit III, Desa Sungai Suir sangat sulit.

Untuk bersekolah ke Desa Lukun, mereka harus menyeberangi selat selama 45 menit menggunakan perahu yang disebut pompong.Tapi tidak semua warga yang memiliki perahu tersebut, sedangkan untuk transportasi umum memang tidak ada sejak dulu.

Tarmizi mengungkapkan, dari dua dusun di desanya yakni Dusun Saka dan Dusun Keridi. Dusun Saka merupakan dusun yang terisolir. Sebab, dusun tersebut dikelilingi oleh selat dan sebagian wilayah daratannya masih hutan belantara.

"Akses satu-satunya melalui jalur air, sebab jalan darat menuju ke desa dan dusun satunya lagi, Dusun Keridi juga tidak ada," ujarnya.

Sementara itu Kepala Sekolah SD 10 Batin Suir, Suardi mengatakan bahwa dirinya sudah lama menginginkan dibangunnya SLTP. Karena merasa prihatin dengan banyaknya anak di desa tersebut tidak bisa melanjutkan karena terkendala akses.

"Saya sudah sangat lama menginginkan dibangunnya SLTP disini, paling tidak SLTP terbuka, karena saya merasa prihatin dengan anak disini yang tidak bisa melanjutkan sekolah lagi," ungkapnya. ***