SIAK SRI INDRAPURA - Nampaknya Tangsi Belanda yang merupakan bangunan sisa peninggalan Belanda di Desa Benteng Hulu, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau ini tak lama lagi bisa dikunjungi oleh wisatawan. Sebab, barak buatan Belanda yang baru direnovasi itu sudah diserahterimakan dari Kementerian PUPR ke Dinas PU Tarukim Siak.

Bupati Siak, Alfedri didampingi Kadis Pariwisata Siak Fauzi Asni dan Kadis PU Tarukim Siak, Irving Kahar, Jumat (16/8/2019) meninjau bangunan lawas berarsitektur Eropa yang menjadi tempat berdiamnya para tentara pada zamannya itu.

Maksud dari kunjungan Bupati beserta rombongan itu adalah meninjau ruangan yang akan ditempati oleh salah satu bidang dari Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, pasca bangunan bersejarah itu terbuka untuk umum atau wisatawan. 

"Tadi itu saya hanya mendampingi Bupati Siak untuk meninjau bangunan Tangsi Belanda. Karena ada ruangan di Tangsi yang nantinya akan dimanfaatkan salah satu bidang di Dinas Pariwisata," kata Irving Kahar saat dikonfirmasi GoRiau.com, Jumat (16/8/2019).

Ditempat terpisah, Kadis Pariwisata Fauzi Asni juga membenarkan hal tersebut. Jika nanti Tangsi Belanda sudah difungsinya sebagai salah satu objek wisata sejarah, alangkah baiknya ada yang menunggunya seperti layaknya rumah yang ditunggui oleh pemiliknya. 

"Tapi kita belum tau kapan ruangan yang dimaksud itu bisa ditempat oleh salah satu bidang di Dinas Pariwisata. Karena pekerjaan Landscape oleh Dinas PU Tarukim juga belum selesai," kata Fauzi.

Fauzi yakin Tangsi Belanda ini jika sudah dibuka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Siak. Bangunan gedungnya yang baru saja direnovasi Kementrian PUPR tentunya tidak menghilangkan ciri khas yang lama.

Selain meninjau ruangan untuk Dinas Pariwisata itu, Bupati Alfedri juga melihat ruang-ruang kecil yang digunakan para tentara sebagai tempat penyimpanan senjata, ruang penjara, ruang logistik serta ruangan kantor di dalam bangunan tersebut. 

Masih di kawasan tangsi juga, Bupati juga meninjau sebuah sumur tua dengan diameter 2,5 meter. Konon di dalam sumur inilah dipendam mayat-mayat para pekerja paksa pada zaman Belanda yang umumnya merupakan warga pribumi. ***