JAKARTA - Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan sekitar 36,4 persen masyarakat yang tidak bersedia menerima vaksinasi Covid-19.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, hal tersebut diketahui dari hasil survei yang dilakukan pihaknya pada 22-25 Juni 2021 terhadap 1.200 responden dari 34 provinsi. Survei dilakukan menggunakan metode simple random sampling dengan tingkat kesalahan sekitar 2,8 persen.

"Masih banyak yang tidak bersedia untuk divaksin, masih 36,4 persen. Ini juga tantangan bagi program vaksinasi pemerintah," dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (18/7).

Djayadi mengatakan, mulanya LSI mengajukan pertanyaan apakah responden sudah mendapatkan vaksinasi. Hasil pertanyaan tersebut, diketahui bahwa masih ada 82,6 persen yang belum mendapatkan vaksinasi.

Sementara sebanyak 7,5 persen sudah mendapatkan 2 dosis vaksinasi, dan 9,9 persen baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama. Dari 82,6 persen itu, ternyata sebanyak 36,4 persen masyarakat tidak bersedia mendapatkan vaksinasi.

Menurut Djayadi, ada tiga alasan besar mengapa masih banyak masyarakat menolak vaksinasi. Pertama, takut dengan efek samping vaksinasi (55,5 persen); menganggap vaksin tidak efektif (25,5 persen); serta menganggap tidak membutuhkan vaksin karena tubuh sehat (19,9 persen).

"Di luar itu ada yang mempersoalkan atau meragukan kehalalannya, kemudian ada yang persoalan takut akan bayar untuk memperoleh vaksin," ujarnya.

Lebih lanjut, survei LSI juga menunjukkan masih banyak warga yang tidak percaya vaksinasi dapat mencegah penularan virus corona. "Masih banyak yang tidak percaya bahwa vaksinasi bisa mencegah masyarakat tertular virus corona. Ada 23,5 persen yang masih tdk percaya," kata Djayadi.

Menurut Djayadi, dari hasil survei LSI, baru sekitar 68,6 persen masyarakat yang percaya vaksin akan mencegah penularan Covid. Oleh sebab itu, menurut dia, ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah untuk terus mengkampanyekan program vaksinasi.

Dari 23,5 persen masyarakat yang tak percaya vaksinasi, mayoritas berasal dari kalangan pedesaan, sekitar 50,2 persen. Kemudian, dari segi wilayah, hasil survei LSI menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi cenderung tidak mempercayai keampuhan vaksin. Tercatat, ada 32,9 persen masyarakat di Sulawesi yang tidak mempercayai vaksin mampu mencegah penularan Covid-19.

Berikutnya Sumatera dengan 32,1 persen masyarakat di sana tidak percaya vaksin dapat mencegah penularan Covid; Jawa Timur 28,3 persen; Banten 21,1 persen; dan Jawa Tengah 20,4 persen.

LSI juga mencatat bahwa masyarakat yang tidak percaya vaksin mampu mencegah penularan mayoritas berasal dari kalangan pendidikan yang lebih rendah. "Dari segi pendidikan, tingkat kepercayaan ini, vaksin mampu cegah penularan itu cenderung lebih tinggi di kalangan pendidikan lebih tinggi. Di kalangan pendidikan rendah, itu cenderung tingkat kepercayaannya lebih rendah," ujarnya.***