JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon ikut menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang mengklaim melihat ada gerakan yang ingin mengganti ideologi Pancasila di kubu salah satu pasangan capres dengan khilafah.

Jansen Sitindaon yang merupakan anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengaku tidak merasakan seperti apa yang dituduhkan Luhut.

Jansen Sitindaon meyakini tidak ada pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila.

Dari pantauan GoNews.co, pada Sabtu (30/3/2019) melalui akun twitter @jansep_jsp, menyindir Luhut dengan memposting foto pendukung 02 yang sedang pose salam dua jari. "Yang beginian masak dibilang mau buat khilafah? Yang bener itu kalau kita tidak hati-hati malah bisa buat khilaf," tulisnya.

"Makanya kalau melihat pendukung pak Prabowo yang agak meluas sedikit dong boss. Lihatnya yang itu-itu aja sih. Katanya intelejen," ujarnya sambil membubuhkan salam dua jari untuk adil dan makmur.

Sebelumnya ia juga mencuit sindiran yang sama. "Ada-ada aja! saya yang hari ini ada di internal pemenangan 02 tidak merasakan itu sama sekali. Demokrat dan @SBYudhoyono menjadi jaminan bahwa itu tidak akan pernah terjadi. Memang situ aja yang tentara sini juga boss. Yang benar itu: kami mau ganti Presiden bukan ganti ideologi pancasila,"

Cuitan Jansen ini, untuk menjawab pertnyataan Luhut yang sebelumnya bilang, "Ingatlah yang saya sampaikan hari ini, bahwa saya melihat sudah ada gerakan yang mengarah pada keinginan untuk mengganti ideologi Pancasila. Itu yang saya takut."

Sebagaimana diketahui, hal tersebut disampaikan Luhut Binsar Panjaitan via pesan di WhatsApp Group kepada para mantan perwira Akademi Militer yang masuk pada 1967 dan lulus pada 1970.

Menurut luhut, pernyataan yang dilontarkannya tersebut bukan sekedar spekulasi atau hanya ingin menakut-nakuti, melainkan benar-benar nyata.

"Saya punya data-data yang cukup akurat terhadap itu yang tidak elok juga untuk kita buka ke publik," ujar dia.

Atas dasar itu, Luhut mengundang para mantan perwira dan mantan pejabat untuk bertemu menjelang hari-H pencoblosan pemilihan presiden 2019.

"Saya ingin sekali lagi mengundang kapan teman-teman entah mau ber-5 atau 10 orang, saya jamin pasti independen. Anda mau tanya apa saja, mau minta bukti apa saja, saya siap," kata dia.

Luhut menegaskan bahwa undangannya itu tidak bermaksud mengintervensi pilihan politik seseorang. Dia menyebut tak masalah jika para mantan perwira memilih nomor 01 atau 02 di pemilihan presiden 2019.

"Saya tidak ada masalah, yang saya inginkan hanyalah agar kita-kita mantan perwira, mantan pejabat, marilah berpikir jernih, marilah bernalar dalam melihat segala hal, jangan menutup mata hati terhadap fakta-fakta yang baik," pungkasnya. ***