JAKARTA -- Setelah delta dan omicron, beberapa pekan lalu terdeteksi varian baru virus corona di Prancis. Varian ini disebut B.1.640.2 yang memiliki 46 mutasi dalam kombinasi atipikal, lebih banyak mutasi dari omicron.

Dikutip dari Republika.co.id yang melansir laman Deutsche Welle pada Rabu (5/1), rumah sakit Institut Hospitalier Universitaire (IHU) Mediterranee di Marseille mengumumkan laporan varian baru tersebut terdeteksi pada awal Desember. Orang yang kembali dari Kamerun, Afrika Barat dilaporkan menginfeksi 12 orang di Prancis tenggara.

Menurut studi pracetak yang belum ditinjau oleh para ilmuwan lain itu, penelitian IHU mengatakan dua mutasi protein lonjakan yang sudah diketahui, N501Y dan E484K, juga ditemukan pada varian virus corona baru ini. Mutasi N501Y, semisal, terdeteksi sangat awal pada varian Alfa. Ini menyebabkan patogen mengikat lebih kuat ke sel manusia dan dengan demikian menyebar lebih mudah di dalam tubuh.

E484K adalah salah satu dari mutasi pelarian yang terletak langsung di protein lonjakan. Dengan demikian mungkin mengurangi efektivitas vaksin Covid-19.

Para ilmuwan mengklaim orang yang diidentifikasi terinfeksi varian baru ini sudah divaksin lengkap. Orang tersebut dinyatakan positif Covid-19 setelah pulang dari perjalanan ke Kamerun selama tiga hari.

Kendati demikian, arti mutasi ini dan apakah varian virus baru B.1.640.2 sebenarnya lebih menular daripada virus SARS-CoV-2 asli belum dapat dikatakan dengan pasti. Kesimpulan belum bisa ditarik akibat kurangnya data yang tersedia dan sedikitnya jumlah kasus. IHU belum dilabeli oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai varian yang masih dalam penyelidikan.

''Kami juga belum tahu apa-apa tentang asal usul varian baru ini. Fakta bahwa B.1.640.2 sekarang telah terdeteksi untuk pertama kalinya pada orang yang kembali dari Kamerun tidak berarti bahwa varian tersebut juga muncul di negara Afrika Tengah,'' kata penelitian tersebut.

Namun, tingkat vaksinasi yang sangat rendah umumnya mendukung munculnya mutasi virus corona baru. Di Kamerun, hanya 2,4 persen dari populasi yang divaksinasi penuh, menurut data dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore di Amerika Serikat.

Selama kampanye vaksinasi tidak dikembangkan secara global, varian baru akan terus berkembang. Terkadang mereka lebih tidak berbahaya, terkadang lebih berbahaya. Masih harus dilihat seberapa berbahaya varian baru ini.

Sementara itu flurona sudah terdeteksi di Israel. Istilah baru dalam Covid-19 kembali muncul yang disebut flurona yang merupakan infeksi ganda influenza dan corona (Covid-19).

Laporan pihak berwenang lokal di Israel mengatakan bahwa pasien adalah seorang wanita hamil muda yang berada di rumah sakit tetapi memiliki gejala ringan.

Kementerian Kesehatan Israel sedang mempelajari kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dengan gagasan untuk dapat memastikan bahwa kombinasi kedua virus ini tidak menyebabkan infeksi yang lebih serius.***