PEKANBARU - Pulau Rupat merupakan pulau terluar di Provinsi Riau yang berdekatan dengan negara tetangga Malaysia. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 1.500 km2 dan terkenal dengan keindahan pantai berpasir putihnya.

Pulau Rupat juga memiliki pulau-pulau kecil seperti Beting Aceh dan Pulau Beruk yang masih terjaga hutan mangrovenya. Di mana, hutan mangrove atau lebih dikenal dengan hutan bakau ini berfungsi sebagai benteng abrasi dan sebagai kelangsungan ekosistem di pulau tersebut.

Akan tetapi akibat ulah oknum yang tidak bertangung jawab yang memanfaatkan kayu mangrove sebagai bisnis pribadi, hutan mangrove yang semula terjaga pun sekarang semakin terancam keberadaannya.

Wakil Ketua Komunitas Bakau Management Comunity (BMC), Candra Maulana mengatakan, bahwa salah satu solusi agar masyarakat sadar untuk menjaga hutan mangrove di Pulau Rupat, yaitu dengan cara membangun wisata mangrove di setiap desa.

"Wisata mangrove adalah salah satu solusi agar masyarakat sadar akan keindahan hutan mangrove. Dengan menjadikan magrove sebagai objek wisata, ini sekaligus dapat memberikan kontribusi PAD untuk daerah tersebut," kata Candra kepada GoRiau.com di Pekanbaru, Selasa (31/12/2019).

Ia juga mengaku sangat mendukung dan mengapresasi desa-desa di Pulau Rupat yang sedang membangun wisata mangrove tersebut. Adapun dua desa di Pulau Rupat yang saat ini sudah mulai membangun wisata mangrove yaitu Desa Makeruh dan Pangkalan Nyirih Kecamatan Rupat, Bengkalis.

"Sehingga nanti tidak hanya punya wisata pantai saja, tetapi juga memiliki wisata mangrove yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat Rupat. Kami juga meminta agar pemerintah daerah juga dapat memberikan dukungannya," ujarnya. ***