PEKANBARU - Anggota Komisi VIII DPR RI, Achmad, menyayangkan sikap Menteri Agama, Yaqut Cholil yang terus-terusan membuat pernyataan tidak penting dan menimbulkan kegaduhan.

Menteri Agama, kata Achmad, mestinya belajar sejarah bagaimana awal mula pembentukan Kementerian Agama itu, sehingga tidak mengeluarkan pernyataan yang membuat suasana panas.

"Kalau paham sejarah, tentu tak begitu statementnya. Kita harapkan Menag, bisa membuat suasana sejuk dan dingin, jangan lagi buat kegaduhan, belajarlah dari pengalaman menteri agama sebelumnya," ujar Politisi Demokrat ini, Selasa (26/10/2021).

Mantan Bupati Rokan Hulu dua periode ini juga mempertanyakan hasil kerja Menag selama ini selain membuat kegaduhan dengan narasi intoleran dan lainnya.

Masalah keagamaan yang paling penting hari ini, menurut Achmad, adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dan perekonomian. Mestinya, Menag mulai fokus mengurus persoalan krusial seperti ini. Bukan  malah membuat keributan baru.

"Menag ini tak pernah turun ke lapangan, Kemenag itu kementerian operasional, bukan menteri koordinator, harus rajin turun ke bawah, lihat kondisi ke bawah, terutama madrasah, Ponpes dan perguruan tinggi," tambahnya.

Dicontohkan Achmad, sampai hari ini masih ada guru-guru agama di sekolah swasta yang hanya bergaji Rp 150 ribu perbulan. Mestinya, Menag bisa mencarikan solusi untuk kesejahteraan mereka, karena mereka adalah pendidik bagi generasi penerus.

"Menteri Pendidikan itu bisa membuka lowongan 1 juta PPPK, kenapa Menag hanya bisa 35 ribu. Ini kan masalah bagaimana menteri meyakinkan presiden dan menteri keuangan saja. Sementara Menag hanya sibuk dengan statement-statement gaduh saja," terangnya.

Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengklarifikasi pernyataannya yang menyebut Kementerian Agama sebagai hadiah untuk Nahdlatul Ulama (NU). Yaqut mengatakan pernyataannya di forum internal keluarga besar NU itu untuk memotivasi para santri dan pesantren.

Ia menyayangkan pernyataan tersebut menjadi konsumsi publik sehingga menimbulkan polemik di masyarakat.

Yaqut mengatakan pernyataannya itu diutarakan saat Webinar Robithah Ma'ahid Islamiyah dan PBNU dalam peringatan Hari Santri. Webinar tersebut ditayangkan secara langsung di kanal Youtube TVNU pada Rabu (20/10).

"Itu saya sampaikan di forum internal. Saya tidak tahu kemudian kok digoreng-goreng di publik bagaimana," katanya. ***