PEKANBARU - Campak dan Rubella yang merupakan penyakit infeksi virus akut sangat berbahaya dan mudah menular hanya dengan percikan ludah dan pernafasan.

Di mana, komplikasi beratnya bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai sindroma rubella kongenital atau congenital rubella syndrome (CRS).

Popi, salahseorang warga Jalan Ikhlas Pekanbaru, harus menerima pahitnya kehidupan setelah mengetahui anaknya menjadi korban keganasan MR. Itu bermula ketika Popi hamil, ia tertular campak dari muridnya di sekolah.

"Waktu itu saya masih mengajar di sekolah, jadi ada anak murid saya yang sakit campak. Saya yang sedang hamil saat itu hanya berinteraksi biasa dengan anak murid tersebut, tapi bisa tertular juga," cerita Popi dalam diskusi publik situasi dan ancaman Penyakit Campak dan Rubella di Pekanbaru, Senin (10/9/2018).

Setelah anaknya lahir dan berusia dua bulan, Popi mulai merasakan ada kejanggalan. Sebab, anaknya tak pernah merespon ketika Popi mengajak berbicara maupun ketika diajak bermain dengan mainan yang mengeluarkan bunyi.

"Saya ajak main dengan mainan yang bunyinya kerincing-kerincing tidak merespon juga. Waktu itu kata suami saya wajar karena baru dua bulan, kemudian empat bulan masih begitu juga," kata Popi.

Hingga akhirnya, Popi terketuk hatinya untuk memeriksakan kesehatan anaknya ke dokter. "Ternyata anak saya tuna rungu. Pendengarannya terganggu 110 desibel kiri dan kanan, sehingga umur enam bulan sudah harus pakai alat bantu dengar. Ini akibat campak rubella," kata Popi.

Berawal dari pengalamannya itu, Popi pun kini giat memberikan edukasi dan mengajak orangtua untuk bersedia mengimunisasi anak-anaknya. Sebab, jika sudah tertular maka anak dalam kandungan bisa terlahir tuna rungu dan katarak.

"Ini penting untuk kesehatan anak-anak. Imunisasi MR juga bisa menyelamatkan ibu hamil dari penyakit ini," tuturnya memotivasi. ***