JAKARTA - Pengungsi di Kampung Baru Kaso, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur membutuhkan bantuan air bersih. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022) siang, tak hanya menghancurkan bangunan sekolah maupun rumah, namun juga pipa saluran air dan sejumlah mata air di wilayah tersebut.

Entin (58) warga setempat mengatakan para pengungsi selama ini hanya mengandalkan air bersih dari satu pipa yang tersisa. "Yang ngalir cuma satu pipa kecil. Pipa lainnya rusak karena dari sumbernya di atas tertimbun longsor akibat gempa," ujar Entin, Rabu (23/11/2022).

Saat ini, para pengungsi terpaksa harus bergantian untuk mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan minum dan mencuci. "Ya harus gantian. Air juga kadang suka ngalir kecil. Itu biasanya di atas ada yang pakai juga," ucapnya.

Senada juga diutarakan pengungsi lainnya, Hasnah (51). Sampai hari ini belum ada bantuan sarana air bersih. Karenanya ia kesulitan untuk memasak air, mencuci pakaian dan mandi. "Ada sumur umum buat mandi sama buang air besar (BAB), tapi jaraknya jauh ada di bawah. Aksesnya juga sulit dijangkau. Jadi kalau malem itu enggak ada yang berani ke sana," kata dia.

Selain sulit dijangkau, warga juga harus antre untuk membersihkan badan dan buang air besar. Pasalnya, sumur itu dimanfaatkan hampir oleh satu kampung yang kini tinggal di tenda pengungsian. "Sekarang tim relawan sedang bikin WC umum, tapi yang jadi kendalanya enggak ada sumber airnya," ucapnya.

Asep Arya, Ketua Karang Taruna Kecamatan Cugenang mengatakan desa di Kecamatan Cugenang yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa yakni di Sukamulya, Cirumput, dan Desa Benjol. "Kalau untuk Desa Sukamulya dampak paling parah di Kampung Baru Kaso, RW 05 dan RW 04," kata dia.

Apalagi di RW 04 ini, lanjut Ari, dari total 152 unit, yang masih berdiri hanya 15 rumah. Itu pun sudah tidak layak huni karena mengalami retak. "Selebihnya rusak parah hingga rata dengan tanah. Dan lebih dari 100 orang luka berat hingga ringan. Bahkan ada 4 orang meninggal dunia," kata Ari yang juga warga Kampung Baru Kaso ini.

Menurutnya, seluruh warga di Kampung Kaso saat ini sudah mengungsi baik secara mandiri maupun di tenda pengungsian yang didirikan oleh pemerintah melalui relawan. "190 KK yang mengungsi di kampung ini yang mengungsi. Hanya saja saat ini para pengungsi membutuhkan WC darurat, lampu penerangan, air bersih, dan petugas medis," kata dia.

Menurutnya penanganan korban gempa dan penyaluran bantuan logistik di kampung ini tergolong telat karena lokasinya berada daerah paling ujung dan di bawah kaki Gunung Gede Pangrango. "Penanganan dan penyaluran bantuan itu terhambat di bawah," pungkasnya.***