JAKARTA - PBNU geram dan menyoroti mahalnya tarif ambulans yang digunakan untuk mengangkut jenazah 3 santri korban gempa Cianjur. PBNU mengimbau semua pihak mengedepankan simpati dan tidak melakukan komersialisasi terhadap korban.

Diketahui 7 santri asal Brebes, Jateng, menjadi korban gempa Cianjur, Jawa Barat. Dari 7 santri, 3 di antaranya meninggal dunia. Jasad 3 santri itu dan korban luka lainnya lalu diangkut dengan 1 ambulans dan ditarik biaya Rp 6 juta.

"PBNU minta kepada semua pihak untuk tidak melakukan komersialisasi terhadap semua korban bencana. Mereka ini sudah susah dan menderita jangan lagi dibebankan di luar kemampuannya. Ini tindakan terkutuk dan amoral," kata Wasekjen PBNU, Rahmat Hidayat Pulungan, dalam keterangannya, Rabu (23/11/2022).

Ia mengimbau pihak penyedia ambulans memberikan tarif wajar kepada keluarga korban. Karena para korban telah tertimpa musibah, diimbau kepada penyedia ambulans tidak memberikan beban lagi. "Jika memang harus ada yang dikeluarkan ya yang wajar saja untuk bensin, bayar tol dan makan sopir," katanya.

"Kami mengajak seluruh rakyat Indonesia yang memiliki rezeki lebih untuk dapat berbagi meringankan korban gempa Cianjur. Sekecil apa pun kontribusi kita sangat berarti untuk mereka yang sedang menderita dan susah," sambungnya.

Sebelumnya dilansir detikJateng, tujuh santri asal Brebes, Jawa Tengah, menjadi korban gempa Cianjur, Jawa Barat. Dari tujuh santri, tiga di antaranya meninggal, diangkut dengan satu ambulans dan ditarik biaya Rp 6 juta.

Tujuh korban gempa Cianjur itu diangkut menggunakan satu unit ambulans APV Luxury B-1901-SIX menuju kampung halaman di Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarkawung, Brebes. Selain tujuh korban, ada lagi satu penumpang, yaitu Mualimin (42), yang merupakan keluarga dekat salah satu korban. Total ambulans itu mengangkut tiga jenazah dan lima orang luka berserta kerabat.

Mualimin menceritakan dirinya terpaksa hanya menggunakan satu ambulans karena tarifnya mahal. Awalnya, dia akan menggunakan tiga ambulans tapi dibatalkan. "Tadinya mau pakai tiga unit, tapi dimintai Rp 18 juta. Siapa nanti yang akan bayar, jadi saya putuskan pakai satu mobil saja, jadi cuma bayar Rp 6 juta," ungkap Mualimin saat ditemui di Banjarsari, Selasa (22/11/2022).

Biaya ambulans Rp 6 juta itu dibebankan kepada keluarga para korban secara patungan. Menurutnya, tarif yang dipatok cukup memberatkan. Pasalnya, keluarga korban ini masuk kategori keluarga tidak mampu. "Daripada harus bayar Rp 18 juta untuk tiga mobil, mending satu saja, Rp 6 juta. Itu pun cukup memberatkan karena keluarga korban tidak mampu," jelasnya.

Soal biaya ambulans ini, Kepala Desa Banjarsari, Armas, menimpali biaya yang dibebankan terlalu mahal. Menurutnya, para korban seharusnya dibebaskan semua biaya, termasuk ambulans."Jika tahu harus bayar Rp 6 juta mending pakai mobil (ambulans) desa. Bisa bawa orang banyak juga, gratis lagi," ujarnya.

Untuk diketahui, tujuh warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, menjadi korban gempa di Cianjur. Tiga meninggal dan empat lainnya luka-luka.***